Sebelum memutuskan suatu perkara,
saya kerap menanyai pendapat orang-orang kepercayaan. Salah satunya, Emak, meski
pada awalnya Mak menentang pilihan saya, lagi-lagi karena saat itu tugas akhir
masih istirahat di tempat. Mak khawatir, waktu dan pikiran saya akan terkuras
ke hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas akhir. Yah, namanya juga anak
pertama. Entah faktor bawaan, entah pun karena memang wataknya demikian. Jika
keinginannya sudah bulat, lanjutkan!
Survey membuktikan besar
kemungkinan memang seperti itu, namun jangan lupakan kemungkinan sekecil apapun
yang menunjukkan sebaliknya.
Akhirnya saya memilih backstreet
(cailah, bahasanya gaya amat) dari Emak. Pilihan yang akhirnya saya putuskan
sendiri setelah beribu kali pikir. Ayah tidak tahu, tapi Ayah pernah mendukung
keputusan ini. Keputusan untuk belajar bela diri. Awalnya saya merasa berdosa,
tapi justru karena waktu saya terbagi dengan jadwal latihan, saya jadi lebih
teratur mengelola waktu. Alhamdulillah tugas akhir selesai, mengajar privat
jalan, mengajar di sekolah lanjut, dan ada aktivitas baru yang saya rasa sangat
berguna untuk saya pribadi. Sambil menyelesaikan tugas akhir, saya menyisipkan
waktu untuk mengikuti seni bela diri Hapkido.
Berbeda dengan karate dan taekwondo
yang santer terdengar dan akrab di telinga, seni bela diri asal Korea ini memang
belum begitu populer di Aceh. Sebelum memutuskan untuk bergabung, saya mencoba
riset di berbagai literatur, tentu saja dengan bantuan eyang Google dan saya
rasa nge-klik disini. Banyak pendapat yang menyatakan pro dan kontra
terhadap bela diri, namun saya menyerahkan sepenuhnya urusan ini kepada Allah
saja-saja.
Untuk itu, tiap harinya wajib
bagi saya untuk tidak hanya mengupgrade skill, namun perlu juga untuk mengupgrade niat. Pernah suatu ketika saya ditanyai oleh seorang gadis yang usianya
kisaran 3 tahun di bawah saya, ‘kok baru sekarang ikut bela diri? Maunya kan
dulu pas masih muda’.
Kriiikkk,,, kriiiik,, Dalam hati bergumam, 'pertanyaan macam apa itu?' Huft berjuta-juta!
Andailah ia
tahu, bahwa sudah sedari dulu saya berhasrat untuk ikut bela diri. Namun keinginan
itu berbenturan dengan fokus saya di bidang akademik.
Jawaban terbaik yang saya punya
saat itu adalah ‘emangnya bandit kenal usia ya?’, dengan raut wajah yang
sengaja dipolos-poloskan. >_<
Heuheu.. terserahlah apa kata dunia.
Awalnya ingin balas telak seperti ini, ‘Harusnya Aceh bangga punya pemudi
seperti saya, meski sudah tak lagi muda, tapi masih terus mau belajar. Nah
kamu? Masih muda, kan? Tapi kok eeeeenggg....’. gitulah ya kira-kira. Tapi
apalah daya, saya tidak hobi, lebih tepatnya, berusaha untuk tidak menyakiti,
meski lebih seringnya malah saya yang tersakiti. Hohohoho.. *biar gak serius
kali. ^_^
Sabtu, (7/1) lalu, kami
menampilkan beberapa aksi untuk acara pelantikan pengurus provinsi Hapkido
Indonesia. Meski masih anak bawang, alhamdulillah saya diberi kesempatan dan
ini kali pertama saya mengambil bagian dalam atraksi bela diri. Awalnya sempat
ngedrop dan harus berkali-kali memastikan agar perut tidak mules di atas
panggung. Alhamdulillah atraksi kami berjalan dengan cukup baik dan disambut
meriah oleh tepuk tangan dari tamu undangan.
Berikut dokumentasi alakadar yang saya punya. Maklum, hape kitorang gak mampu menampung banyak foto, apalagi buat foto. Beeuuughhh.. peucaah!
Jadi, terima sajalah beberapa ke-alay-an kami ini.
![]() |
Jepret-jepret pasca UKT |
![]() |
Saat-saat dimana, yaaah kadang memang kita susah menghindari ketidak-kompakan. Yang penting bek panik, beu tenang, dan bek goyang. :D |
![]() |
Ladies kehabisan gaya. Akhirnya cuma pose senyum aja ^^ |
![]() |
Formasi menjelang atraksi. Hapki! |
Langkah awal yang cukup baik. Semoga
ke depan Hapkido Indonesia, khususnya Aceh bisa terus awet dan berjaya.