Pages

Kamis, 28 November 2013

Bireuen, Fakta Sejarah yang (semoga tidak) Terabaikan

Kota Juang, itulah sebutan dari Kabupaten Bireuen, salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Sebuah kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Aceh Utara. Bireuen sendiri telah memiliki otonom sejak tahun 2000. Tak ayal, sebutan ini sempat membuatku bertanya-tanya ada apa dengan Bireuen. Ketersediaan internet dan segala macam situs di dalamnya, berhasil mengungkap sedikit fakta dibalik realita yang sedikit tersembunyi dari kacamata saya selama ini. Berikut cuplikannya.

Tahukah kalian, Bireuen ternyata pernah menjadi Ibu kota Negara? Meskipun hanya satu minggu, kabupaten yang terkenal dengan keripik pisangnya ini pernah menjadi tempat persinggahan Bung Karno pada masa pemerintahannya. Namun sayangnya, fakta ini tidak tercatat dalam sejarah kemerdekaan RI. Coba telusuri, buku sejarah mana yang mencantumkan nama Bireuen di dalamnya.


Nah, coba perhatikan! Sekilas, tidak ada yang begitu istimewa dari bangunan ini bukan? Hanyalah sebuah bangunan berasitektur sederhana. Namun siapa sangka, dibalik kesederhanaannya itu, tersimpan begitu banyak perjuangan yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Ya, ini adalah pendopo Bireuen, yang menjadi tempat pengasingan Presiden RI pertama kala itu, Soekarno.  

Kedatangan Bung Karno bukanlah tanpa alasan. Saat itu, yaitu tahun 1948, Belanda melancarkan agresi keduanya terhadap kota yang dijuluki kota pelajar, Yogyakarta, yang merupakan ibukota RI saat itu. Pemerintahan pun segera berpindah tangan. Segala kepengurusan pemerintahan dikuasai Belanda. 

Maka solusinya, presiden Soekarno mengasingkan diri ke Aceh, tepatnya di Bireuen. Tempat ini menjadi alternatif pilihan, mengingat pada masa itu, Bireuen masih belum dikuasai penjajah Belanda. Pesawat Dakota yang dipiloti teuku Iskandar itu, mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada Juni 1948.

Kedatangan rombongan orang nomor 1 ini disambut Gubernur Militer Aceh, yang saat itu dipegang kekuasaannya oleh Teungku Daud Beureueh, atau yang akrab disapa Abu Daud Beureueh. Malam harinya, masih di hari yang sama, di lapangan terbang inilah dilaksanakan rapat umum akbar. Soekarno dengan ciri khasnya, berpidato berapi-api, membakar semangat juang rakyat Bireuen yang membludak di dalam lapangan. Rasa bangga meliputi jiwa masyarakat Bireuen karena dapat bertatap muka dan mendengar langsung pidato kepresidenan. 

Selama seminggu pemerintahan RI dipusatkan di Bireuen. Bisa dikatakan, Bireuen pernah menjadi ibukota RI ketiga dalam keadaan terpaksa. Sayangnya, fakta ini luput dari pemberitaan dan sejarah kemerdekaan RI.

Ditulis dalam kelas menulis dengan tema : Cinta untuk Aceh
rumcay FLP Aceh

Motivasi Menulis

Menulis lah!! Jangan berhenti dan menyerah sebelum kamu menghasilkan sesuatu Karena dengan menulis niscaya kamu akan dikenang !!!

Sabtu, 16 November 2013