Pages

Selasa, 03 Desember 2013

Pesona Gadis Manis Asal Meulaboh

Pada hari minggu ku turut ayah ke kota
Naik delman istimewa ku duduk di muka
Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk suara sepatu kuda 

Apa yang terbayangkan pada saat kamu mendengar lagu itu? Yap, pastilah kita membayangkan suasana kanak-kanak yang ada dalam lagu itu. Tapi sayang seribu sayang. Ini bukanlah cerita masa kanak-kanak aku, dia, apalagi kamu. Hey, siapa kamu harus aku ceritakan segala. Well, ini cerita tentang aku, dia, dan mereka. Ini cerita tentang kita sobat. 

Jadi begini ceritanya, tersebutlah di suatu negeri antah berantah, hiduplah 4 orang anak muda manis yang meniti karier di negeri rantauan. Perkenalkan, aku sendiri, Helka,  sulung dari 4 bersaudara, penikmat musik, dan penggila angka. Maka dari itu aku memilih kuliah di FKIP Matematika di Universitas ternama di Seuramoe Mekkah, UNSYI*H. Nama disamarkan agar tidak terjadi kontroversi. Gilanya aku terhadap angka, sayangnya tidak berimbas kepada gilaku terhadap mengajar. Sungguh sayang sekali pemirsa. Ck ck ck. 

Lanjut yang kedua ada Wana, dalam hal ini sebut saja namanya Melati. Melati senang sekali jalan-jalan. Makan adalah hobinya (meskipun sudah OCD berkali-kali tapi tetap tidak begitu kelihatan perubahannya, hehe nasibmu, nak). Memasak adalah kegemarannya. Maka jangan heran jika kami sering berkunjung ke rumahnya. Hihi. Mencoba hal baru adalah passion nya. Dan lagi-lagi aku yang selalu menjadi tumbalnya. “Yuk ka kesini, qe belum pernah kesini kan? nanti hari “ini” kita kesana yaa”, kata Melati dengan semangat layaknya sumpah pemuda. Aku yang anak kampung ini pun tertarik dengan rayuan manisnya itu, dan lagi2 aku, dia, dan mereka pergilah kesana, begitu seterusnya. Sampai sekarang. 

Aku ingat sekali saat Melati mempermalukan ku. Dia tanya, "qe udah pernah ke KFC?". Dengan wajah tanpa beban aku pun menjawab, "belum". Seisi rumah tertawa. Padahal apa yang lucu coba. Hissshhh, sumpah, aku tidak akan melupakan kejadian ini. Memang sih, di tempat asalku, Bireuen, belum ada (ingat ya, BELUM ADA (harus ditulis tebal biar nampak jelas)) yang namanya KFC. Haha, sialnya ternyata KFC itu singkatan dari Kentucky Fried Chicken. Dan aku baru mengetahuinya ketika semester 6. Oke, ceritanya bukan masalah aku tau atau tidak kepanjangan dari KFC itu. Tapi masalahnya adalah aku belum pernah kesana. Bagiku, pergi ke KFC tidak lah terlalu penting. Tapi tidak bagi Melati. Bagi Melati, pergi ke KFC itu layaknya pergi naik haji, minimal sekali seumur hidup haruslah kesana (jika mampu). Bukan begitu, Melati? Jadilah pada hari itu suatu sore aku dipaksa pergi ke KFC. Dipaksa ya, di-pak-sa, ingat baik2, aku di-pak-sa.

Nah, di posisi ketiga ada si cantik Mella. Pemeran utama dalam cerita ini sering menyebutnya mami. Aku sendiri kurang tau latar belakang timbulnya sebutan itu. Tapi selaku anak muda yang hobinya ikut-ikutan, aku pun ikut2 memanggilnya dengan nama itu. Opotalah. Baiklah, untuk Mella, sebut saja namanya Mawar. Eh tunggu dulu, tidak hanya itu, belakangan Mawar juga sering disebut-sebut sebagai nyonya menir. Aih, begitu mendengarnya, yang bermain-main di kepalaku adalah sosok ibu-ibu yang bawa jamu gendong di serial film hantu. Hantu jamu gendong. hahahaa,, “jhamu mbhak, jhamu”, stress anak muda. 

Baiklah, untuk menghilangkan citra anak muda yang hobi ikut-ikutan, akhir-akhir ini aku sering memanggil Mawar dengan sebutan hanya ‘MELL’ saja, dimana L nya itu kental sekali pemirsa. Mawar ini adalah tipe cewek yang tidak bisa melihat kamera. Apa karena dia phobia kamera? Oh tidak tidak tidak. Hmm Mawar punya pengalaman buruk dengan kamera? Eh, bisa jadi, bisa jadi. Hmmm Mawaaar, hmmm Mawaaaarr, hmmm anuuu Mawaaar, teeeetttt waktu habis. 

Maksud tidak bisa lihat kamera ini berbeda sekali dengan makna sebenarnya. Bayangkan saja, dek Mawar ini rela berganti-ganti pose begitu mendapati kamera yang sedang menatapnya. Jadilah Mawar saling memandang dengan kamera, tapi tidak saling jatuh cinta ya, kan saling pandang memandang. Hehehe. Jadi ya bisa dibayangkan sendiri kan bagaimana fanatiknya Mawar terhadap kamera. Bahkan, terlebih lagi, jika sudah berpandang-pandangan dengan om kamera ini, beugh, lupakan, maksudnya, lupakan cerita antara kami. Dunia serasa milik mereka berdua, Mawar dan si om. Kalimat terakhir bohongan ya, begitu juga dengan kalimat sebelum kalimat terakhir, hiiii *nyengir.

Diantara kami berempat, Mawar lah yang paling pintar merias diri. Bahkan pernah suatu ketika kami ingin berfoto-foto di suatu tempat di daerah tiiiiitttt di bawah jembatan tiiiiitt, agar wajah kami kelihatan kinclong ketika difoto, kami meminta Mawar untuk merias kami, haha, ditambah lagi dengan segala tetek bengek nya. Jadilah kami ter-make over habis-habisan waktu itu. Sialnya, ketika sampai di tempat, aku, dia, dan mereka malah diserang oleh segerombolan air yang menamakan dirinya sebagai hujan. Tapi tetap saja, hujan tidak mematahkan semangat kami untuk mengabadikan momen berfoto di kala itu.  

Nah, sekarang tanpa memperpanjang mukaddimah, tibalah kita pada pemeran utama kita di episode kali ini. Tiba-tiba terdengar suara musik. 

Tadaaaaa..
eng ing ennnggggg..
tet tereet tet tereet tet teret tereeet..
tet tereet tet tereet tet teret tereeet.. 

Adalah dia yang bernama Nadya. Yap, just nadya. Nama yang begitu pendek, sependek orang nya, hahay, betol kan aku, Nad? Eh eh, apa tu keningnya berkerut-kerut? Mau marah? Jangan Nad! Jangan nambah-nambah kerutan. Hehe. Baiklah, sebut saja namanya Nadya. Karena memang begitulah namanya. Sebagai pemeran utama, maka namanya gak boleh diganti-ganti, gak boleh ada embel-embel “sebut saja namanya”. Takut kena timpuk entar. Beda dengan 2 sodara di atas, putri yang tertukar, Mawar Melati semuanya indah. Kan aku penguasa disini, jadi untuk Mawar dan Melati, gak boleh protes yaaa, hehe *cengengesan.

Yah, kenapa kali ini aku sedikit gila dalam menulis. Karena hari ini sobat ku yang menjadi pemeran utama disini ulang tahun. Gadis manis asal Meulaboh yang lahir pada 2 November, 21 tahun silam, kini telah menjelma menjadi gadis jilbaber dewasa yang begitu anggun, hihi, apa aku berlebihan, Nad? Hahaha.. Baiklah, mari kita ceritakan sedikit tentang Nadya. 

Aku mengenal Nadya sudah terhitung cukup lama di kampus. Karena kami berbeda unit, maka aku pun tidak begitu mengenalnya di awal-awal perkuliahan. Baru lah di semester 3 ketika kami lolos menjadi mahasiswa PGBI yang “katanya” selepas jadi sarjana kami bisa ditempatkan di sekolah-sekolah SBI. Eee usut punya usut ternyata sekolah SBI telah dimusnahkan, dibumihanguskan, dan dicoreng namanya dari daftar ahli waris. loh? 

Jadilah kami sedikit goyang waktu itu, aku, dia, dan mereka (Mawar Melati semuanya indah) menjadi galau dengan nasib kami sendiri. Beruntunglah kami memiliki dosen-dosen yang cukup tangguh dan tak goyang meskipun angin badai tornado menerjang. Adalah beliau, Dr. Rahmah Johar, salah satu dosen terbaik, aset FKIP Matematika UNSYIAH yang menjadi benteng pertahanan kami. Baik, kita lupakan beliau, karena bukan beliau inti dari dibuatnya cerita ini. Tapi adalah dia, Nadya, latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penulisan ini. Hehe Nampak kali yaa gaya nulisnya mahasiswa semester akhir, hihi gaayyaa,, 

Oke, baik, fine. Udah cukup Helka ngocehnya. Mari kita serius. Dah ya dah.  Sekarang serius ni. Oke, se-ri-us. Awalnya aku tidak begitu dekat dengan Nadya dan Mawar. Aku lebih dekatnya dengan Melati. Barangkali karena dia yang sering ngantarin aku pulang kampus waktu itu. Maklum, neng manis Helka pada saat itu hanya bermodalkan naik labi-labi dan jalan bertafak. Hohoohoho. 

Nah, dalam kurun waktu yang tidak ada ba bi bu, tidak kenal ampun, tidak memperkenalkan diri, tidak ada jabat tangan, tidak ada salam, apalagi salam tempel, aku, dia, dan mereka pun semakin hari semakin dekat. Pertemuan kami pun cukup intens. Tidak hanya di kampus, bahkan di luar kampus, sehingga menimbulkan perasaan yang jauh lebih dalam, jauh lebih dalam dari sebelumnya. Tapi sekali lagi, gak sampek saling jatuh cinta yaa. Tolong digarisbawahi. Tapi kalau cinta dalam artian sahabat boleh lah. 

Berbeda dengan aku yang tidak begitu aktif berorganisasi, Nadya adalah pecinta organisasi. Aku pun bahkan tidak ingat lagi organisasi apa saja yang pernah diikutinya selain PEMA dan HIMMAT. Jika ada baksos, atau rangkaian acara apa gitu, pasti ada Nadya dalam susunan kepanitiaan. Memanglah super sekali bocah 1 ini. Maka tidak heran jika Nadya jauh lebih pintar berbicara diantara kami bertiga yang apalah ini (aku, Mawar Melati semuanya indah). Kalian tentu paham kan makna dibalik kata jauh lebih pintar berbicara ini. 

Selain berorganisasi, Nadya juga aktif mengikuti kajian liqa’ tiap minggu nya bersama murabbi nya yang aku sudah lupa namanya. Berbeda dengan kami yang sudah lama tidak ikut kajian Liqa’. Semoga kamu tetap istiqamah ya, nduk. Dalam hal mengajar, ini juga tidak kalah penting. Bukan anak FKIP namanya kalau tidak ada embel-embel mengajar dalam kesehariannya. Baik itu mengajar di kelas, maupun di luar kelas. Eh, tapi sebenarnya terlepas daripada FKIP itu sendiri, kita semua ini adalah guru, semua tempat adalah sekolah, dan setiap saat adalah belajar. Jadi tidak ada alasan untuk kita untuk tidak belajar, bukan begitu, kawan? Tapi yah, bukan Helka namanya kalau tidak nguap-nguap saat membaca buku pelajaran, haha. Aku rasa, kalian juga begitu kan Nad, Mawar Melati semuanya indah? 

Nah, Nadya ini juga aktif mengajar di salah satu bimbel terbaik di Banda Aceh. Tapi sekarang siy katanya ingin non-aktif dulu sementara. Ntah lah,, wallahu a’lam. Yang aku suka dari Nadya adalah, dia begitu gila dengan komputer, software dan semacamnya. 180 derajat berbanding terbalik dengan aku. Memang aku menggilai angka, tapi tidak dengan software, bahkan menyentuhnya saja aku ogah-ogahan. Jadilah aku pucat setiap mata kuliah yang ada softwarenya. Berbeda dengan Nadya yang begitu happy (bisa dilihat dari wajahnya) kalau dia begitu menikmati mata kuliah yang ada softwarenya. Haha,, 

Tapi beruntunglah aku, karena pernah suatu ketika (kejadian ini terjadi hanya beberapa minggu yang lalu, kesamaan nama, tempat, dan tokoh adalah hal yang disengaja penulis, jadi mohon maaf karena tidak ada permohonan maaf kepada pemirsa untuk kasus ini), aku, dia, dan mereka diberi tugas oleh salah satu dosen favorit kami, pak Umam, semoga beliau segera dikembalikan ke jalan yang lurus oleh Allah. Piissss, Pak. Tugasnya adalah kami disuruh membuat grafik dari sejumlah data yang kami olah sendiri dengan menggunakan SPSS, Eviews, Statgraphics, dan 1 lagi tidak ketinggalan adalah dia minitab. Karena aku tidak begitu tertarik dengan software, maka aku pun ogah-ogahan dengan tugas yang 1 ini. Sungguh perilaku yang tidak baik untuk dicontoh. Tolong jaga anak-anak Anda di rumah! Karena ini hanya untuk yang 17 tahun ke atas. Loh loh, baik, ini udah di luar jalur. Fokus Helka, fokus! 

Jadi waktu itu, tanpa Nadya, aku dan mereka (Mawar Melati), berada di salah satu warnet di jalan yang menamakan dirinya Inong Balee. Disitulah kami melanjutkan kerja kami untuk tugas yang 1 itu, karena kebetulan mau sekalian ngprint. Nah, ngprint pun aku tak bisa. Alamak, jadi si Helka ini bisa apa! Huft. Lalu kepanikan pun muncul pada saat Mawar yang telah diamanahi oleh Nadya untuk mengajari kami bagaimana menggunakan software itu lupa bagaimana cara menjalankannya. Aduhai, lagi-lagi adegan ini tidak pantas untuk ditiru, pemirsa. Kalau ada ilmu itu disimpan, lalu dibagikan agar ilmunya tidak hilang. Kalau gini ceritanya, siapa coba yang salah, kan, kan? 

Akhirnya, setelah terjadi perdebatan yang cukup alot, sampai lempar-lempar piring dan banting-banting meja, di saat-saat krusial seperti ini kami pun menghubungi panggilan cepat, yaitu Nadya. Dengan gesitnya Nadya melajukan bebeknya, dia pun sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Dan dengan santainya dia berkata “Ada apa woi?”, tuing,, karap reubah aneuk muda,, apakah Nadya tidak bisa membaca raut kepanikan dari wajahku yang manis ini. Kenapa panik? Karena deadlinenya sudah hampir tiba, sementara aku belum juga mengeprint tugas tersebut. 

Ternyata printer nya juga tidak kalah paniknya dengan kami. Maka dia pun mengeluarkan aksi ‘ajok’ nya dengan menghilangkan warnanya. Kepanikan pun semakin menjadi-jadi. Kursi yang kami duduki pun kian menjadi kursi panas. Nadya, ya, hanya Nadya yang masih bisa bekerja di bawah tekanan. Sementara kami hanya sibuk menonton dan mendukungnya dari balik layar. 

Aku yang mencoba kelihatan cool, tetap saja tidak kelihatan cool. Bagi mereka, kelihatan sekali wajah pucatku saat itu. Aih, pahit sekali rasanya mengenang masa-masa kelam itu. Jadilan aku bulan-bulanan mereka. Bulan-bulanan Nadya, dan putri yang tertukar (Mawar Melati semuanya indah). Yang paling kelihatan sekali ejekannya itu adalah Melati. Hiiisssshhh rasanya pengen aku cincang-cincang dia saat itu juga. Tapi apalah daya, tubuh besarnya itu mengalahkan keinginan ku. Jadi ku urungkan saja niat konyol itu. Tapi tak apalah. Jadi bulan-bulanan mereka, yang penting tugasku selesai, hihihi.. yahuuuuuyyyy. 

Terima kasih untuk Mawar, yang sejak awal sudah bantu ngprint, untuk Melati, yang sudah bantu memanaskan suasana, dan kepada Nadya yang sudah membantu semuanya. Aku tanpa kalian, sungguh bukan apa-apa, hahaha. 

Hei hei, ini bukan cerita tentang kamu lho Helka, tapi Nadya. Iya iya aku tau. Baiklah, mari kita fokuskan nama kita pada satu nama, yaitu Nadya. Dia tidak lebih tinggi dari aku, tapi dia memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Dia selalu bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu, meskipun ada 1 2 yang molor. Tapi selebihnya selalu tepat waktu, kali ini aku memujimu, Nad. Dari tekstur wajahnya, bisa dibilang dia cukup manis. Dengan kulitnya yang tanpa noda dan mata besarnya. Jadilah aku semakin mencemburuinya. Meskipun itu hanya bergejolak dalam hati, tidak pernah tersampaikan. Karena bagaimanapun, aku tetap bersyukur dengan mata yang kata orang-orang ‘sipit’ ini. 

Kesehariannya Nadya selalu tampil sederhana, tidak terlalu mencolok. Jadilah aku semakin nyaman ketika bersamanya. Begitu juga dengan Mawar Melati semuanya indah. Mungkin hanya Mawar yang sedikit lebih modis dibandingkan kami bertiga yang apalah ini. Hehe,, kalian setuju kan sama akooh? 

Hmmm sepertinya kita sudah sampai di penghujung acara ni pemirsa. Artis kita, Agnes Monica dan Afgan pun sudah kembali ke tempatnya masing-masing dengan disopiri labi-labi. Berhubung kita tidak punya cukup dana untuk transport mereka. Haa? Dari labi-labi ke Jakarta? Gilaaakk. Dan ini hanya terjadi di negeri yang sedari awal disebut negeri antah barantah. Jadi mungkin saja ini terjadi, karena ini hanyalah khayalan si penulis sendiri, hihi. 

Karena sekarang waktunya untuk tidur, maka kita akhiri perjumpaan kita dengan doa penutup majlis yaa,, (bergumam dalam hati),, aamiin. Nah, kalian penasaran dengan sosok, aku, dia, dan mereka??Check this out

 

 



Selamat ulang tahun Nadya, semoga di tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dapat diisi dengan hal-hal yang bermanfaat selalu. Sukses terus buat Nadya. Tetap istiqamah dengan pilihan sekarang. Semoga lekas dipertemukan jodohnya ya, dan cepat wisuda juga,, aamiiin.. maaf ya telat,, hehe

November 3, 2013 at 11:54 pm


0 komentar:

Posting Komentar