Pages

Selasa, 12 April 2016

Mak, Anakmu Diprospek!

Tau kan ya tulisan ini akan mengarah kemana. 
 

Wokkeh, sebelum masuk ke inti cerita, mari saya ceritakan sedikit kenapa saya bisa sampai diprospek. Jadi, hari ini seperti biasa, saya kembali mengajar. Selepas Ashar, saya langsung tancap gas menuju TKP. Pukul enam sore harusnya saya sudah boleh pulang, karena belajar mengajarnya selesai pukul enam. Nah, disinilah awal mulanya saya tertahan sekitar dua puluh menit. Dua puluh menit, gaes. Bayangkan!! Bukan waktu yang sedikit untuk berusaha bersikap normal. 

Adalah seorang ibu yang ingin menjemput anaknya yang sedang les. Saya yang masih duduk di kawasan TKP, jadilah mangsa segar (barangkali memang mahasiswa terlihat lebih greget buat direkrut). Sebenarnya saya gak nyaman diprospek. Tapi si ibu kok ya gak nangkap ya kalau saya nggak tertarik. Hmm, saya mesti berlatih lagi buat pasang muka nolak, gak enak, dan tegas. Susah, gaeeesss.. heuheuheu *nangis bombay
Si ibu kemudian menjelaskan mengenai keunggulan produknya, apa yang harus saya lakukan jika saya sudah bergabung, menjadi member dan merekrut member-member baru. Sebelas dua belas lah ya dengan produk-produk lainnya dengan sistem kerja piramida. 

Lalu saya tanyakan, “MLM ya, Bu?”

Si Ibu langsung memperbaiki posisi duduknya. Entah ia mengira saya mulai tertarik atau merasa grogi dengan pertanyaan ini. Wallahu a’lam. “Iya, MLM. Tapi ini berbasis syari’ah, Dek!”, tegasnya. 

Saya hanya mengangguk-angguk saja, sesekali saya sela dengan ooo, senyum, angguk-angguk lagi, dan sesekali hanya hmmm, sembari bersandar di kursi. Secara teori, jika seseorang tertarik dengan lawan bicara, tubuhnya refleks akan condong ke depan, mereka tidak akan hanya menjawab dengan ooo, senyum, angguk-angguk. Atau teori yang saya dapat selama ini keliru? Makanya si ibu nggak ngeh dengan perilaku yang saya tunjukkan. *Bukti nyata nggak selamanya teori selalu benar, gaes. 

Sebenarnya ingin menyela, “Maaf Ibu saya sudah ada janji. Ini juga sudah mau Maghrib takutnya nanti Maghrib masih di jalanan. Saya permisi ya, Bu”, dengan langsung mengambil tas, starter motor, dan tancap, tanpa peduli ibu ini mau ngomong apalagi. Tapi apa daya, lidah ini kelu, gaes. Nggak tega rasanya menyela si ibu yang semangat empat lima ngeprospek saya. 

Ini bukan kali pertama saya diprospek dan memaksa telinga mendengar dan wajah dipasang seramah mungkin, biar nggak kelihatan kurang sopannya. Dalam hati dan pikiran terus mensugesti “Ini bukan hipnotis, ini bukan hipnotis. Ayolah Helka, tetap fokus dan sadar. Kamu bisa. Kamu tidak akan dihipnotis!”

Bukan apa-apa nih, gaes. Soalnya dulu saya malah sempat ikut pertemuan rutin sebuah produk MLM gegara gak enakan tadi. Pertama dan terakhir deh, gak lagi-lagi sayanya. Ikut pertemuan itu gegara mikir teman sih. Huft! Malah dulu saya sempat mengira, ah, mungkinkah saya telah dihipnotis? xixixixi *kadang saya suka aneh-aneh mikirnya.

Menariknya, antusias para member ini jempol. Saya yang terpaksa ikut ini sedikit kikuk dengan suasana yang penuh semangat. Satu hal yang menarik bagi saya ya cuma bagian itu. Lainnya saya langsung menutup diri. Teringat pesan ayah, “Apapun itu yang berkenaan dengan MLM, jangan sekali-kali ikut bergabung”. 
Siap papah!!! :)

Saya pegang teguh pesan ini. Maka jika harus berhadapan dengan member berbagai produk, saya hanya berusaha bersikap normal saja. Nggak kelihatan tertarik, nggak juga berusaha menjatuhkan semangat teman-teman member MLM apapun produknya. Namanya juga usaha, hargai sajalah. Selagi tidak ada unsur memaksa, akan saya apresiasi. Meski sedikit tersiksa, karena harus akting dan menipu diri sendiri. 

Satu hal lagi yang membuat MLM kurang berkenan di hati adalah karena ada pendapat Fiqih Modern yang mengatakan MLM haram hukumnya. Meski ada basis syariahnya, tapi saya masih meragukan. Pun masih kurang referensi bacaan dan ilmu. Akhirnya saya putuskan untuk terus mengingat pesan ayah dan menghindari perkara yang bikin syakwasangka. 

“Jangan lupa ya, Dek, hari Minggu. Ajak teman-teman mahasiswanya yang lain. Nanti mereka bisa di bawah kamu”, tutup si ibu dengan antusias. 

Saya : zzzzzzzzzzzzzzzzzz

Yang belum pura-pura gila aja. -_-

2 komentar:

  1. Penasaran,sama mbak helka, salam kenal mbak

    BalasHapus
  2. Wah, ini penasaran kenapa ya? hehe
    Salam kenal kembali Mbak Ima.
    Terus kunjungi blog kita ya. :)

    BalasHapus