Wokkeh, sebelum masuk ke inti
cerita, mari saya ceritakan sedikit kenapa saya bisa sampai diprospek. Jadi,
hari ini seperti biasa, saya kembali mengajar. Selepas Ashar, saya langsung
tancap gas menuju TKP. Pukul enam sore harusnya saya sudah boleh pulang, karena
belajar mengajarnya selesai pukul enam. Nah, disinilah awal mulanya saya
tertahan sekitar dua puluh menit. Dua puluh menit, gaes. Bayangkan!! Bukan waktu yang sedikit untuk berusaha bersikap normal.
Adalah seorang ibu yang ingin
menjemput anaknya yang sedang les. Saya yang masih duduk di kawasan TKP,
jadilah mangsa segar (barangkali memang mahasiswa terlihat lebih greget buat
direkrut). Sebenarnya saya gak nyaman diprospek. Tapi si ibu kok ya gak nangkap
ya kalau saya nggak tertarik. Hmm, saya mesti berlatih lagi buat pasang muka
nolak, gak enak, dan tegas. Susah, gaeeesss.. heuheuheu *nangis bombay
Si ibu kemudian menjelaskan
mengenai keunggulan produknya, apa yang harus saya lakukan jika saya sudah
bergabung, menjadi member dan merekrut member-member baru. Sebelas dua belas
lah ya dengan produk-produk lainnya dengan sistem kerja piramida.
Lalu saya tanyakan, “MLM ya, Bu?”
Si Ibu langsung memperbaiki
posisi duduknya. Entah ia mengira saya mulai tertarik atau merasa grogi dengan
pertanyaan ini. Wallahu a’lam. “Iya, MLM. Tapi ini berbasis syari’ah, Dek!”,
tegasnya.
Saya hanya mengangguk-angguk
saja, sesekali saya sela dengan ooo, senyum, angguk-angguk lagi, dan sesekali
hanya hmmm, sembari bersandar di kursi. Secara teori, jika seseorang tertarik
dengan lawan bicara, tubuhnya refleks akan condong ke depan, mereka tidak akan hanya
menjawab dengan ooo, senyum, angguk-angguk. Atau teori yang saya dapat selama
ini keliru? Makanya si ibu nggak ngeh dengan perilaku yang saya tunjukkan. *Bukti
nyata nggak selamanya teori selalu benar, gaes.
Sebenarnya ingin menyela, “Maaf
Ibu saya sudah ada janji. Ini juga sudah mau Maghrib takutnya nanti Maghrib masih
di jalanan. Saya permisi ya, Bu”, dengan langsung mengambil tas, starter motor,
dan tancap, tanpa peduli ibu ini mau ngomong apalagi. Tapi apa daya, lidah ini
kelu, gaes. Nggak tega rasanya menyela si ibu yang semangat empat lima
ngeprospek saya.
Ini bukan kali pertama saya
diprospek dan memaksa telinga mendengar dan wajah dipasang seramah mungkin, biar
nggak kelihatan kurang sopannya. Dalam hati dan pikiran terus mensugesti “Ini
bukan hipnotis, ini bukan hipnotis. Ayolah Helka, tetap fokus dan sadar. Kamu
bisa. Kamu tidak akan dihipnotis!”
Bukan apa-apa nih, gaes. Soalnya
dulu saya malah sempat ikut pertemuan rutin sebuah produk MLM gegara gak enakan tadi. Pertama dan terakhir deh, gak lagi-lagi sayanya. Ikut pertemuan itu gegara mikir
teman sih. Huft! Malah dulu saya sempat mengira, ah, mungkinkah saya telah dihipnotis? xixixixi *kadang saya suka aneh-aneh mikirnya.
Menariknya, antusias para member
ini jempol. Saya yang terpaksa ikut ini sedikit kikuk dengan suasana yang penuh
semangat. Satu hal yang menarik bagi saya ya cuma bagian itu. Lainnya saya langsung
menutup diri. Teringat pesan ayah, “Apapun itu yang berkenaan dengan MLM,
jangan sekali-kali ikut bergabung”.
Siap papah!!! :)
Saya pegang teguh pesan ini. Maka
jika harus berhadapan dengan member berbagai produk, saya hanya berusaha bersikap normal
saja. Nggak kelihatan tertarik, nggak juga berusaha menjatuhkan semangat
teman-teman member MLM apapun produknya. Namanya juga usaha, hargai sajalah.
Selagi tidak ada unsur memaksa, akan saya apresiasi. Meski sedikit tersiksa, karena harus akting dan menipu diri sendiri.
Satu hal lagi yang membuat MLM kurang
berkenan di hati adalah karena ada pendapat Fiqih Modern yang mengatakan MLM
haram hukumnya. Meski ada basis syariahnya, tapi saya masih meragukan. Pun masih
kurang referensi bacaan dan ilmu. Akhirnya saya putuskan untuk terus mengingat
pesan ayah dan menghindari perkara yang bikin syakwasangka.
“Jangan lupa ya, Dek, hari
Minggu. Ajak teman-teman mahasiswanya yang lain. Nanti mereka bisa di bawah
kamu”, tutup si ibu dengan antusias.
Saya : zzzzzzzzzzzzzzzzzz
Yang belum pura-pura gila aja. -_-
Penasaran,sama mbak helka, salam kenal mbak
BalasHapusWah, ini penasaran kenapa ya? hehe
BalasHapusSalam kenal kembali Mbak Ima.
Terus kunjungi blog kita ya. :)