Sebagaimana kaum wanita yang
senang berbelanja, saya pun demikian. Hanya saja pada umumnya, wanita senang
berbelanja pakaian, barang-barang mewah; perhiasan, bahkan perlengkapan make-up
macam-macam. Tak ingin menjadi hipokrit, saya juga senang membelanjakan
barang-barang tersebut sekadarnya saja. Sesuai keperluan. Sebab saya lebih
senang membelanjakan buku. Bagi saya, membelanjakan buku itu investasi. Ilmu yang
diserap dari buku adalah keuntungan berinvestasi. Ah, berat ya.
Pernah suatu ketika seorang teman
nyeletuk, ”Kok kamu mau-maunya beli buku mahal-mahal. Kalau aku mending beli
baju”. Demikianlah. Padahal sekiranya ia menyadari, mahal mana buku yang saya
beli dan baju yang ia belanjakan, mungkin ia akan berhenti protes.
Siang tadi, saya kembali hunting
buku. Niat sekali mencari buku Salim A. Fillah-untuk selanjutnya kita ringkas
menjadi SAF. Hampir seluruh toko buku di pusat Banda Aceh telah saya sambangi.
Mulai dari kawasan Darussalam, hingga ke pusat kota sekitaran Mesjid Raya
Baiturrahman. Dimulai dari toko buku yang menjual buku bekas, toko buku yang
menyediakan kartu member dan diskon, bahkan toko buku yang tidak punya
fasilitas apapun, termasuk harga kasih sayang. Parahnya, ada penjaga toko buku
yang tidak mengenal SAF.
Ustadz,
apakah ustadz setidakterkenal itu ya? Kenapa susah sekali mencari karya ustadz
di tempat saya? Kenapa jawaban yang saya terima selalu “Lagi kosong, Dek”.
Kenapa ustadz?
Ada
kepiluan yang menghujam saat menanyakan karya ustadz, penjaga tokonya menjawab
dengan kebingungan, “Salim apa tadi?” Kenapa ya ustadz?
Adalah Saksikan bahwa Aku Seorang
Muslim karya SAF yang pertama kali saya baca. Menyentuh satu titik saraf
kenakalan saya. Saya mulai menyenangi karya-karya beliau. Berlanjut ke Jalan
Cinta Para Pejuang, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, Baarakallaahu Laka
Bahagianya Merayakan Cinta, hingga Lapis-Lapis Keberkahan. Buku-bukunya terus
mengular minta dibacakan oleh saya. Belum ada satu karya pun yang mengecewakan.
Ah, bagaimana pula saya bisa kecewa dengan limpahan ilmu di dalam buku
tersebut.
Kegandrungan saya kian
menjadi-jadi sejak setahun ke belakang. Masuk keluar toko buku hanya untuk
mencari karya yang judulnya ada bidadari cemburu itu dan Dalam
Dekapan Ukhuwah. Namun nihil.
Duhai,
kemana lagikah saya harus mencari buku ustadz?
Ada satu hal yang bikin saya
terhenyuk suatu ketika. Saat menghampiri penjaga toko buku dan menanyakan
ketersediaan buku SAF. Penjaga toko buku menjawab, “Kita gak menjual buku
seperti itu”.
Buku
seperti itu? Seperti itu gimana ya maksudnya? Ada apa ini, ustadz? Kenapa
mereka tega menjawab seperti itu?
Saya bimbang dengan pernyataan “seperti
itu” tersebut. Tapi Bismillah, sampai saat ini, belum ada alasan yang tepat bagi
saya untuk berhenti memburu karya Salim A. Fillah.
Ajaklah
aku ke toko buku, maka aku akan menyertaimu.
Belikan
aku sebuah buku, maka aku akan mengenangmu.
Hadiahkan aku seabrek buku, maka .....
Kalau perempuan, akan aku jadikan saudara.
Kalau laki-laki, ......
Hehe.. modus, modus.
Oh ya, 14 April 2016, kurang lebih sepuluh hari
lagi, SAF akan bertandang ke kampus Unsyiah, tepatnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Berita baik ini tak baik disia-siakan.
UKM LDF Al-Mudarris FKIP UNSYIAH dan FLP Aceh
Proudly Present: Bahagianya Merayakan Ukhuwah, Sehari bersama ustadz Salim A.
Fillah.
0 komentar:
Posting Komentar