Pages

Senin, 04 April 2016

Memburu Salim

Sebagaimana kaum wanita yang senang berbelanja, saya pun demikian. Hanya saja pada umumnya, wanita senang berbelanja pakaian, barang-barang mewah; perhiasan, bahkan perlengkapan make-up macam-macam. Tak ingin menjadi hipokrit, saya juga senang membelanjakan barang-barang tersebut sekadarnya saja. Sesuai keperluan. Sebab saya lebih senang membelanjakan buku. Bagi saya, membelanjakan buku itu investasi. Ilmu yang diserap dari buku adalah keuntungan berinvestasi. Ah, berat ya. 
 
Pernah suatu ketika seorang teman nyeletuk, ”Kok kamu mau-maunya beli buku mahal-mahal. Kalau aku mending beli baju”. Demikianlah. Padahal sekiranya ia menyadari, mahal mana buku yang saya beli dan baju yang ia belanjakan, mungkin ia akan berhenti protes. 

Siang tadi, saya kembali hunting buku. Niat sekali mencari buku Salim A. Fillah-untuk selanjutnya kita ringkas menjadi SAF. Hampir seluruh toko buku di pusat Banda Aceh telah saya sambangi. Mulai dari kawasan Darussalam, hingga ke pusat kota sekitaran Mesjid Raya Baiturrahman. Dimulai dari toko buku yang menjual buku bekas, toko buku yang menyediakan kartu member dan diskon, bahkan toko buku yang tidak punya fasilitas apapun, termasuk harga kasih sayang. Parahnya, ada penjaga toko buku yang tidak mengenal SAF.

Ustadz, apakah ustadz setidakterkenal itu ya? Kenapa susah sekali mencari karya ustadz di tempat saya? Kenapa jawaban yang saya terima selalu “Lagi kosong, Dek”. Kenapa ustadz?

Ada kepiluan yang menghujam saat menanyakan karya ustadz, penjaga tokonya menjawab dengan kebingungan, “Salim apa tadi?” Kenapa ya ustadz? 

Adalah Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim karya SAF yang pertama kali saya baca. Menyentuh satu titik saraf kenakalan saya. Saya mulai menyenangi karya-karya beliau. Berlanjut ke Jalan Cinta Para Pejuang, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, Baarakallaahu Laka Bahagianya Merayakan Cinta, hingga Lapis-Lapis Keberkahan. Buku-bukunya terus mengular minta dibacakan oleh saya. Belum ada satu karya pun yang mengecewakan. Ah, bagaimana pula saya bisa kecewa dengan limpahan ilmu di dalam buku tersebut. 

Kegandrungan saya kian menjadi-jadi sejak setahun ke belakang. Masuk keluar toko buku hanya untuk mencari karya yang judulnya ada bidadari cemburu itu dan Dalam Dekapan Ukhuwah. Namun nihil. 

Duhai, kemana lagikah saya harus mencari buku ustadz? 

Ada satu hal yang bikin saya terhenyuk suatu ketika. Saat menghampiri penjaga toko buku dan menanyakan ketersediaan buku SAF. Penjaga toko buku menjawab, “Kita gak menjual buku seperti itu”. 

Buku seperti itu? Seperti itu gimana ya maksudnya? Ada apa ini, ustadz? Kenapa mereka tega menjawab seperti itu?  

Saya bimbang dengan pernyataan “seperti itu” tersebut. Tapi Bismillah, sampai saat ini, belum ada alasan yang tepat bagi saya untuk berhenti memburu karya Salim A. Fillah. 

Ajaklah aku ke toko buku, maka aku akan menyertaimu.
Belikan aku sebuah buku, maka aku akan mengenangmu.
Hadiahkan aku seabrek buku, maka .....
Kalau perempuan, akan aku jadikan saudara.
Kalau laki-laki, ......
Hehe.. modus, modus.

Oh ya, 14 April 2016, kurang lebih sepuluh hari lagi, SAF akan bertandang ke kampus Unsyiah, tepatnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Berita baik ini tak baik disia-siakan.

UKM LDF Al-Mudarris FKIP UNSYIAH dan FLP Aceh Proudly Present: Bahagianya Merayakan Ukhuwah, Sehari bersama ustadz Salim A. Fillah.




0 komentar:

Posting Komentar