Pages

Rabu, 05 April 2017

Mengemudi di JalanNya

Bukanlah hal membanggakan menghabiskan masa studi untuk meraih gelar sarjana dengan masa kelulusan di atas 4 tahun. Lulus dengan predikat nyaris depresi. Pertanyaan kapan wisuda pun akhirnya terjawab sudah. Orang tua adalah alasan primer kenapa aku harus menyelesaikan apa yang telah kumulai. Alasan sekunder, namun nyaris premiernya adalaaah... yaaa semakin lama wisuda, semakin tertunda rencana nikah.. *eaaakk,, ngomong seakan-akan udah ada calon. Padahaaaaal...eng ing eeeng.. 

Hmmm berbicara mengenai pasangan hidup, sesungguhnya ini merupakan ujian tersendiri bagi kami yang dijuluki kaum perempuan modern nan dinamis ini. Pasalnya, keputusan untuk berhijrah dari zaman jahiliyah ini sudah kukantongi bulat-bulat sejak pertengahan 2013. 

Jemput bola. Istilah ini terdengar akrab bagi kami, tapi bukan hal yang lumrah untuk kami lalui. Meski contoh konkretnya telah nyata diimplementasikan bunda Khadijah terhadap Rasulullah saw. Jemput bola dengan cara elegan namun tidak menjatuhkan harga dirinya sebagai kaum hawa. 

Bagi kami, yang menganut adat ketimuran, jemput bola masih menjadi hal yang tabu. Maka lagi-lagi ini menjadi ujian kesabaran. Sabar menanti hingga saatnya tiba. Sabar layaknya puasa. Menanti hingga adzan tiba dan berbuka. Sabar untuk sama-sama tak mengusik hingga jelas kapan 'aa' jodoh' akan mendatangi kedua orang tua untuk selanjutnya membicarakan bab krusial. "Saya ingin menghalalkan anak Bapak". Hmm.. gitu-gitu lah ya.. cuma nulis saja rasanya seperti kehilangan pijakan. 

Adapun salah satu ikhtiar yang bisa kami usahakan adalah tidaK hanya memilih suami untuk diri kami sendiri. Namun memenuhi hak anak kami sejak dini, yaitu memperoleh Ayah yang sholeh, yang tahu dan paham betul tanggung jawabnya. Bahwa pernikahan sejatinya bukan hanya soal dekap mesra, manis manja, maupun tawa canda. Pernikahan bukan sesuatu yang diburui dan ditergesai. Pernikahan adalah kesiapan. Siap menuju titian surga bersama. 

Surga terdengar begitu indah sekali, bukan? Namun tak sedikit yang tergelincir dan salah arah, jika tak ingin mengatakan salah pilih. Mereka memilih menjalin hubungan sebelum akad dengan alasan ingin mengenal satu sama lain. Seakan-akan hubungan tersebut akan menguak sisi terdalam setiap pasangan. 

Menikah merupakan sunnah Nabi. Fitrah yang menuai berkah. Solusi bagi kecenderungan tiap individu terhadap lawan jenisnya. Maka sekali lagi, menikah tidak hanya soal dekap mesra, manis manja, maupun canda tawa. Menikah adalah kesiapan. Siap dengan segala ujian pernikahan. Tidak mudah, karena yang ditawarkan Tuhan juga bukan hal yang murah. Surga!

Siapkah kamu, duhai calon ayah untuk anak-anak kami, mengemudikan hati kami menuju jalan lurus bermuara surga? Kami tidak begitu tertarik dengan lelaki pintar, tapi ketahuilah, lelaki akan jauh lebih menarik bagi kami jika mau terus belajar. Karena pintar, dekat dengan kesombongan. Sementara mau belajar, identik dengan kesederhanaan dan welas asih. Perjalanan cinta ini tidak hanya butuh iman, namun juga butuh ilmu, dan tentu saja amal. 

Ngomong-ngomong, dari bahasan wisuda, kok ya loncat ke pasal menikah? Hmmm.. biasalah, otak dan hati lagi tak sehati. huhu..

Yang akan dipost-kan berikut ini adalah momen-momen wisudaku beberapa waktu lalu. Pernah ada teman yang nelpon tanyain kabar, ujung-ujungnya nanya, "eh, udah wisuda?". Karena aku jujur dan rajin menabung, kujawab lah kan apa adanya. "Udah".  Eh teman ini gak percaya aja orangnya, hingga aku harus meyakinkannya kurang lebih 2 menit. Hmmm barangkali karena tak ada foto wisudaku di jejaring sosmed kali ya? Sekayak di fb. Well yeah, sini tak post-kan di blog saja ya, nduk. ^^ *Terserah dia tahu blog ini apa nggak. heuheu.. 

Biasanya Helka jadi Hekal. Nah ini Pratiwinya yang bermasalah, malah jadi Pratiwis. Heuheu. Yang bikin papan bunganya begadang barangkali. Kita-kita pun gak ada yang nyadar 
bahwa ada kejanggalan disitu. Soale kita sibuk nyuri-nyuri kesempatan buat foto-foto 
dan lihat-lihat kendaraan lewat.  Letaknya di lintas kendaraan sih. 
Anyway, thanks a bunch untuk papan bunganya ya, guys ^^



Aku dan Mak di sela-sela menuju gedung perayaan wisuda


Ini aku bareng Mak, sahabat-sahabat, my bro and the crew


Aku diapit Mak dan dek bro


Dek bro stand by di depan gedung. Kodak sekali lah. Cekrek! ^^ 


Ini dek bro dan segenap kru yang bertugas. 
Kalian ini sedang apa dengan angka 3?
Biar kayak di film 3 idiot apa yak?


Ini keluarga dari Bireuen, jauh-jauh ke Banda. Jadi terharum. Heuheu


Ini teman-teman satu kost-an. Kita kompakan bikin tanda V. 
Ini pose biar tangan bisa main, gak kaku kalau difoto. Wkwkwkwk..


Keluarga Taekwondo-Hapkido UIN Ar-Raniry.
Makasi yaa untuk kehadiran dan papan bunganya. 


Terima kasih untuk hadiah wisuda ini. Namanya juga hadiah. Gratis.
Pasti rasanya lebih lezat. Muehehehehe..
Yang gak bisa dimakan, tak simpan saja ya, sebagai kenangan,
bahwa kita pernah menjadi satu keluarga.
Semoga selalu bersama dalam ikatan 'kekeluargaan'. 


Meski gak bisa berhadir karena udah masuk kuliah, tak mengapa.
Terima kasih ya neng geulis Diniya, untuk hadiah wisudanya,
Ini buku udah lama lho ane cari-cari. Eh namanya juga jodoh kan ya.
Malah dikasih gratis. Di momen spesial lagi.. Duh duh.. 

Well guys, sepertinya ini udah cukup kan ya untuk membuktikan kalau aku beneran lho udah diwisuda. heuheu.. Udah cukup ya nulisnya, ntar malah makin ngawur. dari bab wisuda, ke bab nikah, eh ntar malah ngebahas Roronoa Zoro. Kan gak lucu. Hmmm.. 

0 komentar:

Posting Komentar