Pages

Minggu, 03 Desember 2017

Matematika dan Mematematikakan Kehidupan

Jadi kan dek. Kadang hidup itu seperti matematika juga dia. Gak cukup hanya dengan menghafal simbol dan rumus. Penguatan konsep amatlah penting melalui latihan yang kontinu. Begitulah hidup. Kadang kita harus menghadapi ujian dan latihan berkali-kali untuk mengerti dan paham arti syukur, ikhlas, tawakal, dan teman-temannya yang (maaf) gak bisa dimention satu-satu untuk selanjutnya bisa melewati standar kelulusan. Karena tanpa ujian dan latihan, syukur dan teman-temannya itu kurang nempel, kurang membekas, kurang bermakna. Sama seperti rumus yang dihafal tanpa dilatih atawa diulang-ulang, lama-lama akan tumpul juga. 

Dan hei, mematematikakan kehidupan juga ada kalanya sedikit menyusahkan, sama susahnya saat pertama kali berkenalan dan mengerjakan perhitungan formulasi algoritma matematika yang sistematis. Salah input dikit aja, error. Mesti ikuti langkahnya dari awal lagi. Salah lagi, ulang lagi. Salah dan ulang menjadi teman yang sangat akur hingga kita hafal betul prosedur perhitungannya bersebab telah terbiasa. 

Ini membuktikan, Tuhan menjadikan itu sulit bukan karena itu memang sulit. Namun karena kesulitan akan selalu dipertemukan dan disandingkan dengan kemudahan. Bukan kata saya. Ini Kalamullah. Mari kita buka kembali Al-Quran. Penjelasan tersebut tertuang dalam Surat Al-Insyirah ayat ke, nah ini PR, yang buka dan hafal pasti tahu. Tidak hanya sekali, penjelasan tersebut diulang dua kali. 

Bahkan saat malam dengan kondisi rumah tengah dilanda pemadaman listrik,  melangkah sajalah keluar rumah, niscaya kita dapati terangnya bulan. Seperti kata pepatah terkenal apa itu? Yang kita hafal sekali di luar kepala “Where there is a will, there is a way”. Selalu ada jalan. 
Lagi dek, ternyata mematematikakan jodoh juga, ah, sudahlah. Mari kita ngopi. Biar apa sikit kepala kita. 


0 komentar:

Posting Komentar