Pages

Senin, 04 Desember 2017

Pernyataan yang Menjadi Pertanyaan

Ku mulai menduga-duga, perasaan apa ini. Saat kau mengajak bicara, melihat saja aku sudah serba salah tingkah. Kepalaku disusupi beribu pertanyaan dan jawaban yang terpaksa kurangkai asal. Ah, lagi-lagi aku terperangkap dengan rasa bersalah. Kurasa ada yang salah dengan diri ini, jika tidak ingin menyebutnya gila. Sejak dua tahun belakangan aku terpenjara untuk satu pertanyaan besar yang membalut diri. Apa gunanya mengikat sesuatu yang menginginkan kebebasan? 

Aku masih terus berputar-putar mencari pembenaran untuk segala kemungkinan jawabannya. Pandanganku kembali suram bilamana memikirkan hendak jadi apa ke depannya. Sudah berkali-kali peluang terlewati begitu saja. Bukan membiarkan, hanya saja aku rasa belum siap untuk setiap kenyataan ke depan, hingga ku paksa mengulur, lagi dan lagi. 

Sematan prestisius harusnya bisa kucapai. Aih, tapi aku tidak terlalu bergairah lagi untuk mendapatkannya hingga ia pun ngacir. Tahukah kau apa hal yang paling takut kuhadapi? 
Tak ada lain, aku takut menghadapi ketakutanku sendiri. 

Apa ia seorang introvert akan sulit berkembang? Pertanyaan ini mulanya merupakan sebuah pernyataan dari seorang sahabat. Pernyataan yang sangat menampar. Sekali waktu aku merasa introvert, jika berada di lingkungan asing. Tapi aku akan sangat ekstrovert di kalangan introvert. Ada apa ini? Mungkinkah kepribadian ganda? Hm.. agaknya ini mulai menjalar ke luar konteks. 

Teringat dengan pesan Ibnu al Qayyim al Jauziyah, "Jangan kamu rusak kebahagiaanmu dengan rasa cemas. Jangan rusak akalmu dengan kepesimisan”

Ucapan itu terus membatin. Sekali waktu ia sukses, namun di kali lain, aku sempurna gagal. 

0 komentar:

Posting Komentar