Andai setiap pecinta menyadari, yang dicinta hanyalah titipan, maka
tidak akan ada kisah tragis seperti Layla dan Majnun. Tidak ada pula peristiwa
menyejarah Romeo dan Juliet yang digaungkan sebagai cinta suci. Penuh ujian dan
problematika. Diimpikan setiap anak muda. Ketergilaan atas nama cinta yang
terdengar heroik, padahal na’udzubillaahi min dzaalik. Inilah yang dinamakan
candu cinta, biusnya mematikan. Demikian sederet kisah cinta yang tanpa
landasan agama.
Mari kita tilik kembali sejarah kecintaan nabi
kita, Ibrahim ‘alaihi salam. Kecintaan Sang Nabi terhadap putranya, Ismail, tak
lantas membuatnya mengingkari perintah Allah. Perintah menyembelih putra
tercinta. Menariknya, Allah tidak rela hamba yang dikasihinya menderita,
sehingga menggantikan tubuh Ismail kecil dengan seekor domba kibas. Inilah
ujian yang agung. Kecintaan yang menghamba. Kecintaan yang menjadi tunas yang
menumbuhkan perintah untuk berqurban di Hari Raya Idul Adha. Cinta dengan
landasan agama. Cinta pada Yang Maha Mencinta.
Lain halnya dengan kecintaan Abdurrahman bin Abu Bakar ash-Shiddiq r.a
terhadap istrinya, Atikah. Tak ada prahara atau konflik rumah tangga, melainkan
setiap harinya selalu penuh cinta. Dengan misi membangun jembatan di surga dunia
dengan titian mencapai surga akhirat.
Hal ini yang menjadikan Abu Bakar ash-Shiddiq gusar. Ia khawatir, cinta
Abdurrahman terhadap Atikah malah menjauhkannya dari ibadah dan jihad. Saat
inilah episode ujian cinta Abdurrahman-Atikah dimulai. Abu
Bakar memerintahkan Abdurrahman untuk menceraikan istrinya. Kekhawatiran
Abu Bakar bukannya tanpa alasan, mengingat rumah tangga yang dibangun anak dan
menantunya, jauh dari kata ‘cacat’.
Begitu mulianya Abdurrahman melepaskan istri yang sangat dicintainya
demi bakti dan cintanya terhadap orang tua. Kegamangan yang dirasakan turut melahirkan
syair yang begitu syahdu.
Demi Allah, tidaklah
aku melupakanmu
Walau mentari kan
terbit meninggi
Dan tidaklah terurai
airmata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati
orang sepertiku
Menceraikan orang
seperti dia
Dan tidaklah orang
seperti dia
Ditalak karena dosanya
Dia berakhlak mulia,
beragama,
Dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi,
bersifat pemalu,
Dan halus tutur katanya
Akhir episode ujian
cinta Abdurrahman-Atikah tak sedrama kisah Romeo-Juliet yang konon katanya
sehidup semati. Tak pula menyedihkan seperti kisah Layla dan Qais yang akhirnya
menjadi majnun, gila karena cinta. Sebab inilah pembuktian cinta yang
berlandaskan agama. Abdurrahman membuktikan cintanya terhadap istri tercinta
tak menjadikan cinta terhadap Allah luput. Ia pun syahid di medan perang tak
lama setelah rujuk dengan Atikah. Inilah cinta dengan landasan agama. Dengan
akhir yang agung.
Lalu, masihkah kita
akan terbutakan oleh cinta? Ataukah kita sepatutnya memilih cinta yang mampu
menghantarkan kita pada akhir yang agung? Cinta yang mampu membersamai menapaki
jalan menuju surga. Memperoleh barakah cinta dari Yang Maha Mencinta. Saatnya
menentukan pilihan.
0 komentar:
Posting Komentar