Pages

Minggu, 03 Desember 2017

Ketika Cinta Bertahta

Andai setiap pecinta menyadari, yang dicinta hanyalah titipan, maka tidak akan ada kisah tragis seperti Layla dan Majnun. Tidak ada pula peristiwa menyejarah Romeo dan Juliet yang digaungkan sebagai cinta suci. Penuh ujian dan problematika. Diimpikan setiap anak muda. Ketergilaan atas nama cinta yang terdengar heroik, padahal na’udzubillaahi min dzaalik. Inilah yang dinamakan candu cinta, biusnya mematikan. Demikian sederet kisah cinta yang tanpa landasan agama.

Mari kita tilik kembali sejarah kecintaan nabi kita, Ibrahim ‘alaihi salam. Kecintaan Sang Nabi terhadap putranya, Ismail, tak lantas membuatnya mengingkari perintah Allah. Perintah menyembelih putra tercinta. Menariknya, Allah tidak rela hamba yang dikasihinya menderita, sehingga menggantikan tubuh Ismail kecil dengan seekor domba kibas. Inilah ujian yang agung. Kecintaan yang menghamba. Kecintaan yang menjadi tunas yang menumbuhkan perintah untuk berqurban di Hari Raya Idul Adha. Cinta dengan landasan agama. Cinta pada Yang Maha Mencinta.

Lain halnya dengan kecintaan Abdurrahman bin Abu Bakar ash-Shiddiq r.a terhadap istrinya, Atikah. Tak ada prahara atau konflik rumah tangga, melainkan setiap harinya selalu penuh cinta. Dengan misi membangun jembatan di surga dunia dengan titian mencapai surga akhirat.

Hal ini yang menjadikan Abu Bakar ash-Shiddiq gusar. Ia khawatir, cinta Abdurrahman terhadap Atikah malah menjauhkannya dari ibadah dan jihad. Saat inilah episode ujian cinta Abdurrahman-Atikah dimulai.  Abu  Bakar memerintahkan Abdurrahman untuk menceraikan istrinya. Kekhawatiran Abu Bakar bukannya tanpa alasan, mengingat rumah tangga yang dibangun anak dan menantunya, jauh dari kata ‘cacat’.

Begitu mulianya Abdurrahman melepaskan istri yang sangat dicintainya demi bakti dan cintanya terhadap orang tua. Kegamangan yang dirasakan turut melahirkan syair yang begitu syahdu.
Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari kan terbit meninggi
Dan tidaklah terurai airmata merpati itu
Kecuali berbagi hati

Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia
Ditalak karena dosanya

Dia berakhlak mulia, beragama,
Dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu,
Dan halus tutur katanya

Akhir episode ujian cinta Abdurrahman-Atikah tak sedrama kisah Romeo-Juliet yang konon katanya sehidup semati. Tak pula menyedihkan seperti kisah Layla dan Qais yang akhirnya menjadi majnun, gila karena cinta. Sebab inilah pembuktian cinta yang berlandaskan agama. Abdurrahman membuktikan cintanya terhadap istri tercinta tak menjadikan cinta terhadap Allah luput. Ia pun syahid di medan perang tak lama setelah rujuk dengan Atikah. Inilah cinta dengan landasan agama. Dengan akhir yang agung.

Lalu, masihkah kita akan terbutakan oleh cinta? Ataukah kita sepatutnya memilih cinta yang mampu menghantarkan kita pada akhir yang agung? Cinta yang mampu membersamai menapaki jalan menuju surga. Memperoleh barakah cinta dari Yang Maha Mencinta. Saatnya menentukan pilihan.


0 komentar:

Posting Komentar