Pages

Minggu, 09 Februari 2014

Yafi: Call Me Hunter Knight!!!!!




Guru   : Pagi anak-anak, hari ini kita belajar tentang garis singgung lingkaran ya, ada yang tau apa itu garis singgung lingkaran?

Murid : Yang saya tau, lingkaran gak pernah tersinggung, Buk. Cuma manusia yang bisa tersinggung.
Guru   : Cerdas!!
Murid : Saya tau saya cerdas. Banyak kok Buk yang bilang gitu!
Guru   : @#&!(!)&@%$@^!*!(*&^%$(ngunyah papan tulis)

          Peserta didik itu susah ditebak. Sama seperti para lelaki yang bilang kalau wanita itu susah ditebak. Padahal kan wanita hanya ingin dimengerti,, fufu.. *sisir poni.

Kali ini tantangan mengajarku lebih keras kawan. Ngajar dalam bahasa Inggris. English mamen, English. Gillak. Kepikiran saja tidak. But, well, show must go on, idddiiihh,, gaya bener.

Jadi ceritanya ada anak Fatih SD nih, kelas 3 dan kelas 5. Yang kelas 5 cewek semua. Zalva, Yazka, Indy, dan Chita namanya. Cukup lucu dan menggemaskan. Awalnya aku memasuki kelas, aku sapa mereka dengan dialog English yang sudah lumayan terhafal dan tersusun rapi di kepala. Bahkan, kakak yang sekamar kost denganku hampir muak mendengar aku yang asik ngoceh belepotan di depan cermin.

Maklum, masuk kelas ini bikin hati deg-deg ser. Jadi, segala persiapannya pun kudu dimatangkan. Mulai dari materi dan bahasa Inggrisnya. Ingat bahasa Inggrisnya, beuuugh bikin pucat seketika. Belum lagi masuk ngajar aku udah terkapar duluan. Aih, lemah sekali anak muda.

Gak gak, gak boleh gini. Aku pun bangkit kembali dan memompa semangat. Kan mereka masih kecil, santai saja lah Helka. Aku pun menyemangati diri sendiri. Semangat Helka. Huft. Sepuluh menit kemudian, tertidur. 

Lagi dan lagi aku mencari dan memperbaharui kosa kata baru. Hmm lumayan. Ngitung-ngitung nambah vocab. Oke, tibalah kita saat mengajar di kelas 5 tadi. Aku pun menyapa mereka dengan dialog yang telah aku latih berkali-kali itu.

Gilaaakk. Mereka nya cool abis. Menjawab sekenanya. Aku jadi kikuk dibuatnya. Otot kakiku melemas. Rasanya ingin meleleh. Tanda seru pun muncul di kepala. Kebayang gak gimana saat kalian sedang semangat-semangatnya berbicara, ee lawan bicara kalian malah sok keren gitu. Menjawab sekedar hm, ya, oo. Ngenes banget kan. *lari ke kamar mandi.

Kalian kira cuma kalian yang bisa cool? Baik, fine, aku juga. Oke, pelajaran dimulai, masing-masing barisan dipimpin oleh ketua barisannya. Hiyaak, kenapa malah ini.

Lambat laun, mereka bisa juga kuakrabi. Terkadang aku menimpali dengan bahasa Indonesia juga. Maklum, lama tinggal di Jepang. Jadi, jangan kira Inggrisku sudah keren abis. Nggak, sama sekali nggak. TOEFL juga masih ngadat gini.

Yap, selawet ini, no problemo untuk kelas 5. Mari kita beralih ke kelas 3. Siapa saja yang menduduki peringkat ini? Yuhu, ada Radeth, Mirqal, dan Yafi. Mereka tidak kalah kerennya kok dengan yang cewek-cewek tadi. Hanya saja, kelas ini lumayan ribut. Ribut sejadi-jadinya. Seperti di film-film, otak rencana jahat itu cuma satu orang, selebihnya ya hanya ikut-ikutan. Gitu juga dengan mereka. Mereka siy gak jahat. Cuma kurang mengerti hati wanita saja. What? Apalagi ini!

Mari ku ceritakan sedikit tentang mereka. Mirqal. Anak ini lumayan pendiam dibanding yang lainnya. Pemalu lebih tepatnya, tapi gak malu-maluin. Gak kayak aku. Ada yang chat ping. Aku malah balas pong. Mana aku tau kalau itu salah satu cara untuk menyapa pemilik hape BB yang lain agar BM nya segera terbaca. Yeee,, Bukan salah bunda mengandung ya. Gak punya BB, emang kenapa? *mulai lapar.

          Mirqal anak yang cukup cerdas. Semua soal bisa dibabat habis dengan cepat hanya dengan melihat satu contoh saja. Luar biasa. Semangat membara.

Kemudian Radeth. Anak ini sumringah betul. Selain cerdas, dia juga cukup percaya diri. Tak perlu diragukan lagi. Bahkan minggu lalu, dia sendiri yang mengatakan bahwa nilai ujian matematika nya dapat nilai 100.. wes, perfecto.

Hebat. Penyuka Barca ini cukup gesit. Tidak kalah gesitnya dengan Mirqal. Mereka selalu berlomba-lomba menyelesaikan soal dengan cepat. Terkadang mereka berseru keriangan manakala satu diantara mereka keliru menjawab soal. Seakan menjelaskan, “Akulah sang pemenang”. Haha, ada-ada saja.

          Terakhir, Yafi. Berbeda sekali dengan dua koleganya tadi. Yafi anak yang manis. Cukup manis. Yafi adalah adik dari Yazka, yang kelas 5 di atas tadi. Lain Yazka, lain pula Yafi. Yazka penurut meskipun sedikit manja. Nah, kalau Yafi, manja kali kali kali.

          Pernah waktu itu apapun yang aku katakan hanya dibalas dengan jawaban yang cukup memprihatinkan pemirsa.

“Yafi, where is your homework book?” (masih cukup tenang)

“I don’t know.”

“Don’t you want finish it?” (masih sabar)

“No.”

“Your friends almost done all of them”. (mulai naik pitam)

“I don’t care, I’m sleepy.”

“Okay, I just give you five minutes to take a break. Just five minutes!!” (pengen ngilang, cling)

“No, I don’t want five minutes. I want six minutes.”

Tarik nafas panjang-panjang. Ya elah, apa bedanya lima sama enam. Beda satu menitan gini.

“Okay, six minutes from now. No bargaining anymore!”

“Okay.”

Lalu heningkan cipta. Suasana menjadi hening. Alhamdulillah syukuuuurrr,, syukuuurr. Hanya sesekali terdengar suara Mirqal dan Radeth yang sedang berdiskusi.

“Not like that”, Radeth memecah kesunyian, “But like this.”

Aku membiarkan saja mereka berdiskusi sambil sesekali mengintip dan menguping pembicaraan mereka. Hahah. Kan ceritanya lagi ngisi absen tapi. Huhu, goyaang,,

“Time is up, Yafi, hello Yafi, time is up.”

Padahal masih tiga menitan gitu ntah. Soalnya gak pake jam tangan. Cadik kali buk guru ni, haha.

“No, five minutes more, Miss”, Yafi merengek lagi.

Oh Tuhaaan, apa salahkuuu??

“No Yafi, I have gotten your words. Stop complaining!!!!”

Ciyee, mulai tegas ni yee,, ciyee
Dengan malas Yafi pindah dari tempat duduknya di belakang ke depan dan mengeluarkan buku PRnya. Okay, Seems good.

“Gimana dek PRnya?”

“Don’t Call Me, Dek.” (setengah menjerit)

Ya Allah..

“Okay, okay, how about your homework, Yafi?”

“Don’t call me, Yafi.” (menjerit lagi, kali ini lebih keras. Bisa dibilang tiga per  empat)

Huft. Ka lom.

“So, what do you want, Yafi?” (mulai frustrasi, pengen banting-banting meja, malah keceplosan panggil Yafi lagi)

“Doooooon’t caaaall meeeee, Yaaafiiiiii!” (sempurna menjerit sambil ketok-ketok meja)

Hiiisssshhh,, banting kakak, dek, banting. -_-

“Ups, sorry, I was forget. So, what do you want? (buru-buru mengakhiri kalimat, takut terucap Dek dan Yafi lagi. Goyang kelas yang ada)

Dengan senyum bangga dia mengucapkannya, “Call me Hunter Knight!”

Hiyaak.. pu nyan? Senyum yang bagiku gak da keren-keren nya waktu itu. Dengan hati mendidih seperti itu, mana pula aku sempat berpikir itu senyum keren apa tidak. Pun, apa itu Hunter Knight? Aku gak pernah dengar. Ndeso juga ya aku iki. Bodo amit.

“Ya udah, Hunter Knight yang ganteng dan baik hati, rajin menabung dan sayang ibu bapaaaak.. “

“Bukan ibu bapak, tapi mama papa.”

“Okay fine (mulai lapar). Kakak ulang, Hunter Knight yang ganteng dan baik hati, rajin menabung dan sayang mama papa, mana PR nya?”

“This one, Miss,"

“Nah, Hunter Knight, coba kerjakan yang ini sampai yang ini. Tadi udah kakak kasih contohnya kan yang itu. Nanti kalau ada yang gak ngerti tanya sama Kakak ya. Kakak periksa dulu punya Mirqal dan Radeth”.

“Okay, Miss.”

Kali ini senyumnya benar-benar keren. Menghadapi anak kecil seperti ini memang butuh tenaga dan pemahaman yang besar, kawan. Sungguh!



Errrr,, eeerrrrrr

         
         





2 komentar: