Bagai gayung bersambut, demikian
umpama representatif untuk apa yang saya alami dua hari ini. Menyambung cerita
kemarin, lelah sana sini mencari buku Salim A. Fillah, pencarian saya terhenti
karena hujan membungkus kota Banda. Sepertinya saya belum berjodoh dengan dua
buku yang telah lama saya incar.
Kemarin sore, saya pun membuka
salah satu media sosial yang selalu ngangenin. Disanalah terpampang berita
adanya bazar buku di Perpustakaan Unsyiah. Ada dua foto hasil share pihak bazar
yang bikin saya girang bukan kepalang. Bagaimana tidak, dua buku Salim A.
Fillah yang telah lama saya buru tertata manis di deretan terdepan. Maka tak
bisa tidak, tadi pagi saya putuskan untuk segera meluncur kesana.
Betapa gembiranya saya saat
menemukan tumpukan buku Salim A. Fillah dijejer berdekatan. Senangnya lagi,
buku yang saya incar memang masihlah tersedia. Saya khawatir keburu dimangsa
orang lain. Bisa kecewa tingkat dewa kalau nyatanya seperti itu. Alhamdulillah
tidak.
Meski uang hasil mengajar selama
sebulan ludes untuk membeli empat buku Salim A. Fillah plus dua buku lainnya,
namun ada kebahagiaan tak berbilang yang saya rasakan. Saya bukan lebay,
apalagi gombal. Kalau teman-teman senang membaca, pasti ngerti bagaimana
rasanya. Melihat buku dijejer rapi di rak saja, bisa bikin takjub luar biasa.
Ingin sekali suatu saat bisa punya rak buku seperti itu.
Memburu buku sama menyenangkannya
dengan memburu baju bagi sebagian kaum ibu-ibu. Bahkan jika sedang kesulitan
pendanaan pun, memburu buku tetaplah menyenangkan. Meski terkadang tenteng buku
banyak-banyak di awalnya, tiba di kasir, seleksi alam pun dimulai. Ujung-ujungnya
cuma beli satu buku. Bahkan tak jarang, hanya pulang dengan tangan kosong.
Alasannya sih gak ada yang menarik. Padahaaal, you know me so well lah ya..
Yah, seperti itulah guys. Saya
sedang berusaha mengurangi konsumsi novel. Jika pun harus baca, selektif itu
perlu. Jika recommended sekali baru saya baca. Bukannya tidak ada ibrah yang
dapat kita ambil dari novel, hanya saja, takarannya lebih sedikit dibanding
langsung membeli buku yang penuh ilmu di dalamnya. Itu sih kata saya, bukan kata
Rasulullah saw. Jadi kalau gak percaya juga gak akan berdosa. Hehe..
Well yeah, tapi semuanya kembali
ke pribadi masing-masing. Kadang, untuk selembar kertas yang dibaca oleh
seorang bijak, bisa dalam sekali makna yang dapat dipetik dibanding jika dibaca oleh seorang
awam yang pandir dan tak gemar membaca.
Jadi, inti yang mau saya
sampaikan adalah, membacalah!
Bahkan jika belum berguna
sekarang, semoga berguna nanti-nanti. Baca boleh apa saja. Asalkan,
pandai-pandailah!
Jika yang kita arungi itu lautan
ilmu, berenang dan tangkaplah keindahan lautan berikut dengan isinya. Namun
jika yang kita kais adalah sampah, semoga berguna pulalah sampah itu, kiranya diolah
dengan sentuhan handal tangan kita, para pembaca budiman.
Tampak samping. Terlihat tidak begitu tebal. Jadi, jangan sungkan. Ayo kita libas! Libas membacanya :) |
Rasa-rasanya, tak berlebihan jika
saya katakan pencarian buku Salim A. Fillah ini seperti mencari jodoh. Bayangkan
saja, jauh-jauh mencari, eh jumpanya di bazar buku dekat rumah. Padahal udah
nyarinya hampir di seluruh toko buku Banda Aceh.
Siapa sangka, pertemuan memang
telah ada yang mengatur. Kita, para pelakon, lakoni saja apa yang patut
dilakoni.
Terakhir saya katakan, A..khir..nya.. Kumenemukan..mu.. :)
Tau donk ya itu lagu siapa. Yang ngakunya anak G4UL, pasti tau :-P
0 komentar:
Posting Komentar