Turnamen Piala Eropa 2016 memang sudah berakhir. Perhelatan akbar empat tahun sekali ini mau tak mau masih membekas di benak bolamania. Terlebih, sang juara bukanlah tim yang begitu diperhitungkan yang diprediksi akan mengangkat tropi.
Saya bukan maniak bola. Hanya
mengikuti sekilas. Mungkin imbas sosok ayah dan adik yang penikmat olahraga
satu ini.
Selain Spanyol dan Prancis, Jerman
digadang-gadang akan menduduki partai puncak dan membawa pulang gelar juara
untuk keempat kalinya. Awalnya, saya mendukung kesebelasan Jerman sejak Klose
merumput membela Der Panzer, hingga
sekarang pemainnya yang tak saya kenal lagi. Jujur saja, tak satupun
pertandingannya saya tonton bersebab harus nontonnya ke warung kopi. Kan saya gadis
rumahan. *tsaaah.
Jadilah saya wartawan abal-abal yang tiap pagi menanyakan
sekilas mengenai jalannya pertandingan yang ditonton adik saya.
Pada kenyataannya, Jerman harus terlebih
dahulu melawan tim-tim unggulan sebelum akhirnya keok di tangan tuan rumah,
Prancis. Bahkan banyak yang menyebutkan, Jerman sedari awal seperti telah masuk
ke partai ‘final’. Final pertama harus melawan Itali yang sedang dalam kondisi
kepercayaan diri yang cukup tinggi sebab berhasil memulangkan juara Benua Biru
2014 silam, Spanyol. Kemudian dilanjutkan dengan duel melawan Prancis yang bermain
di kandang sendiri. Wajar saja, saat babak kian mengerucut, stamina para pemain
Jerman seperti terkuras oleh partai ‘final’ tersebut, ditambah lagi dengan
cederanya pemain anyar. Jerman pun pincang dan menghantarkan Prancis menuju
laga final menghadapi tim besutan Fernando Santos, Portugal.
Saya pun beralih ke Portugal, meski
doi panen hujatan bersebab lolosnya Quaresma cs ini lebih layak untuk disebut
sebagai faktor keberuntungan. Betapa tidak? Sejak awal, skuad yang ditukangi
Santos ini bermain begitu monoton dan hanya mampu menduduki klasemen ketiga
fase grup dengan hasil tiga kali seri. Namun demikian, saya terlanjur jatuh
pada sosok bernomor punggung 7, Cristiano Ronaldo.
Mantan anak asuh Fergie,
sapaan akrab Sir Alex Ferguson ini telah berhasil menyita waktu saya untuk
membaca koran di halaman sportnews,
dulu saat Ronaldo masih bersama Rooney cs memperkuat Manchester United. Sejak Ronaldo
merumput di Old Trafford kegandrungan saya terhadap dunia sepak bola kian memuncak.
Tendangan bebas dan jarak jauhnya inilah yang bikin saya greget.
Tampil di laga final melawan Seleccao, banyak pihak yang meragukan
ketegangan sensasi partai final Portugal vs Prancis. Mengingat Portugal bukanlah
tim ideal untuk melawan tim Ayam Jantan yang begitu haus akan kemenangan di
hadapan pendukungnya sendiri, ditambah lagi track record permainannya yang
terbilang pasif dan monoton.
Namun kekuatan langit tak ada
yang mampu menandingi. Setelah ditariknya Cristiano Ronaldo akibat cedera,
atmosfir pertandingan kian memanas. Beberapa kali pemain Prancis mencoba
menyarangkan bola di bawah mistar gawang Portugal. Namun kiper Portugal, Rui
Patricio, mampu mementahkan rentetan serangan para pemain Les Bleus. Boleh jadi sang kiper layak menjadi man of the match untuk laga ini. Beberapa kali penyelamatan yang
dilakukannya mampu membuat duel Portugal-Prancis bertahan imbang 0-0 hingga waktu
menunjukkan waktu turun minum yang kedua.
Secara mengejutkan Portugal
berhasil menjuarai Piala Eropa untuk pertama kalinya melalui gol yang
diciptakan Eder pada menit ke-109. Portugal menumbangkan Prancis dan berhasil
membukukan kemenangan dengan skor 1-0. Tentu
kemenangan ini menjadi catatan sejarah tersendiri untuk Nani dan tim.
Agaknya sedikit aneh, justru
Portugal mampu bermain lebih agresif setelah Cristiano Ronaldo berhenti bermain
akibat cedera. Boleh jadi, selama ini Ronaldo dijadikan tumpuan satu-satunya sehingga
pergerakan pemain Portugal tak begitu bebas. Namun di luar itu, kendali Ronaldo
sebagai kapten tak hilang begitu saja meski telah ditarik keluar lapangan.
Tampak dari pinggir lapangan, Ronaldo tak henti-hentinya meneriaki punggawa
Portugal, menyemangati dan seperti memberikan arahan. Maka tak heran jika ada
yang menyebutkan bahwa kemenangan Portugal tercipta di bawah asuhan pelatih Cristiano
Ronaldo. *cieee disebut pelatih!
Catatan ini ditulis dengan
harapan agar momen Piala Eropa ini tidak terlewati begitu saja. Alasan
sebenarnya karena senang Portugal menang, meski awalnya ngefans sama Jerman,
hehe.
Kian respek dengan Ronaldo
lantaran ia sangat menghormati Muslim, hubungan baiknya dengan Oezil, keprihatinan
dan kepeduliannya terhadap muslim-muslim di negara yang sedang tertindas.
Terakhir, kian simpati dengan
beredarnya video seorang fans yang menerobos masuk lapangan hijau hanya untuk
bisa foto bareng dengan sang idola. Petugas pinggir lapangan telah
mengisyaratkan untuk menyuruh penonton ini keluar lapangan. Namun dengan
elegannya, Ronaldo memberi momen terbaik untuk fansnya ini. Naasnya, hape si
fans mendadak macet dan harus direstart dengan menghabiskan waktu beberapa
menit. Babang Ronaldo stay cool dan memberi isyarat pada petugas “tidak apa-apa”,
hingga akhirnya satu jepretan pun diraih sang penggemar.
Dibalik ke-cool-an babang, ada
sabar yang elegan. *Nyaris meleleh, huft!
Portugal.. Portu-goooaaall!!! *maksa :-P
0 komentar:
Posting Komentar