Pages

Selasa, 12 Juli 2016

Portugal.. Portu-gooaaalll!!!


Turnamen Piala Eropa 2016 memang sudah berakhir. Perhelatan akbar empat tahun sekali ini mau tak mau masih membekas di benak bolamania. Terlebih, sang juara bukanlah tim yang begitu diperhitungkan  yang diprediksi akan mengangkat tropi. 
 
Saya bukan maniak bola. Hanya mengikuti sekilas. Mungkin imbas sosok ayah dan adik yang penikmat olahraga satu ini. 

Selain Spanyol dan Prancis, Jerman digadang-gadang akan menduduki partai puncak dan membawa pulang gelar juara untuk keempat kalinya. Awalnya, saya mendukung kesebelasan Jerman sejak Klose merumput membela Der Panzer, hingga sekarang pemainnya yang tak saya kenal lagi. Jujur saja, tak satupun pertandingannya saya tonton bersebab harus nontonnya ke warung kopi. Kan saya gadis rumahan. *tsaaah.
Jadilah saya wartawan abal-abal yang tiap pagi menanyakan sekilas mengenai jalannya pertandingan yang ditonton adik saya. 

Pada kenyataannya, Jerman harus terlebih dahulu melawan tim-tim unggulan sebelum akhirnya keok di tangan tuan rumah, Prancis. Bahkan banyak yang menyebutkan, Jerman sedari awal seperti telah masuk ke partai ‘final’. Final pertama harus melawan Itali yang sedang dalam kondisi kepercayaan diri yang cukup tinggi sebab berhasil memulangkan juara Benua Biru 2014 silam, Spanyol. Kemudian dilanjutkan dengan duel melawan Prancis yang bermain di kandang sendiri. Wajar saja, saat babak kian mengerucut, stamina para pemain Jerman seperti terkuras oleh partai ‘final’ tersebut, ditambah lagi dengan cederanya pemain anyar. Jerman pun pincang dan menghantarkan Prancis menuju laga final menghadapi tim besutan Fernando Santos, Portugal. 

Saya pun beralih ke Portugal, meski doi panen hujatan bersebab lolosnya Quaresma cs ini lebih layak untuk disebut sebagai faktor keberuntungan. Betapa tidak? Sejak awal, skuad yang ditukangi Santos ini bermain begitu monoton dan hanya mampu menduduki klasemen ketiga fase grup dengan hasil tiga kali seri. Namun demikian, saya terlanjur jatuh pada sosok bernomor punggung 7, Cristiano Ronaldo. 

Mantan anak asuh Fergie, sapaan akrab Sir Alex Ferguson ini telah berhasil menyita waktu saya untuk membaca koran di halaman sportnews, dulu saat Ronaldo masih bersama Rooney cs memperkuat Manchester United. Sejak Ronaldo merumput di Old Trafford kegandrungan saya terhadap dunia sepak bola kian memuncak. Tendangan bebas dan jarak jauhnya inilah yang bikin saya greget. 

Tampil di laga final melawan Seleccao, banyak pihak yang meragukan ketegangan sensasi partai final Portugal vs Prancis. Mengingat Portugal bukanlah tim ideal untuk melawan tim Ayam Jantan yang begitu haus akan kemenangan di hadapan pendukungnya sendiri, ditambah lagi track record permainannya yang terbilang pasif dan monoton. 

Namun kekuatan langit tak ada yang mampu menandingi. Setelah ditariknya Cristiano Ronaldo akibat cedera, atmosfir pertandingan kian memanas. Beberapa kali pemain Prancis mencoba menyarangkan bola di bawah mistar gawang Portugal. Namun kiper Portugal, Rui Patricio, mampu mementahkan rentetan serangan para pemain Les Bleus. Boleh jadi sang kiper layak menjadi man of the match untuk laga ini. Beberapa kali penyelamatan yang dilakukannya mampu membuat duel Portugal-Prancis bertahan imbang 0-0 hingga waktu menunjukkan waktu turun minum yang kedua.

Secara mengejutkan Portugal berhasil menjuarai Piala Eropa untuk pertama kalinya melalui gol yang diciptakan Eder pada menit ke-109. Portugal menumbangkan Prancis dan berhasil membukukan kemenangan  dengan skor 1-0. Tentu kemenangan ini menjadi catatan sejarah tersendiri untuk Nani dan tim. 

Agaknya sedikit aneh, justru Portugal mampu bermain lebih agresif setelah Cristiano Ronaldo berhenti bermain akibat cedera. Boleh jadi, selama ini Ronaldo dijadikan tumpuan satu-satunya sehingga pergerakan pemain Portugal tak begitu bebas. Namun di luar itu, kendali Ronaldo sebagai kapten tak hilang begitu saja meski telah ditarik keluar lapangan. Tampak dari pinggir lapangan, Ronaldo tak henti-hentinya meneriaki punggawa Portugal, menyemangati dan seperti memberikan arahan. Maka tak heran jika ada yang menyebutkan bahwa kemenangan Portugal tercipta di bawah asuhan pelatih Cristiano Ronaldo. *cieee disebut pelatih!

Catatan ini ditulis dengan harapan agar momen Piala Eropa ini tidak terlewati begitu saja. Alasan sebenarnya karena senang Portugal menang, meski awalnya ngefans sama Jerman, hehe. 

Kian respek dengan Ronaldo lantaran ia sangat menghormati Muslim, hubungan baiknya dengan Oezil, keprihatinan dan kepeduliannya terhadap muslim-muslim di negara yang sedang tertindas.

Terakhir, kian simpati dengan beredarnya video seorang fans yang menerobos masuk lapangan hijau hanya untuk bisa foto bareng dengan sang idola. Petugas pinggir lapangan telah mengisyaratkan untuk menyuruh penonton ini keluar lapangan. Namun dengan elegannya, Ronaldo memberi momen terbaik untuk fansnya ini. Naasnya, hape si fans mendadak macet dan harus direstart dengan menghabiskan waktu beberapa menit. Babang Ronaldo stay cool dan memberi isyarat pada petugas “tidak apa-apa”, hingga akhirnya satu jepretan pun diraih sang penggemar.  

Dibalik ke-cool-an babang, ada sabar yang elegan. *Nyaris meleleh, huft!

Portugal.. Portu-goooaaall!!! *maksa :-P

0 komentar:

Posting Komentar