Pages

Kamis, 11 Agustus 2016

Kepada Sebuah Nama



Untukmu...

Tunggu, lagi-lagi aku memulai tulisan dengan kata ini. Entah sebab rindu atau apa, aku mulai bergairah menulis jika itu tentang kamu. Kurasa aku mulai menyukai kata-kata ini. 

Namun kali ini, simaklah ulasanku dengan saksama dan hati-hati. Karena aku tidak tahu cara memenangkan hatimu, dan aku bukanlah gadis yang lihai dalam berkata-kata, maka melalui ini, bacalah! 

Apakah kau akan membacanya? Entah. Aku tak begitu yakin. Tapi kutulis saja, mana tau takdir yang akan membawamu berkunjung kemari. Entah kapan. Entah kapan. 

Aku pernah merasa cenderung terhadapmu. Apa kau sadar itu? Ah, aku terlalu sibuk untuk memikirkan apa yang kau pikirkan. Kau pun sibuk dengan tanggung jawabmu. Maka kubiarkan saja jawabannya menguap. Yang kutahu, aku hanya pernah cenderung. Entah sejak kapan. Entah sejak kapan.

Kamu memiliki kepercayaan diri dan kebebasan berekspresi. Sesuatu yang tidak kumiliki. Di samping yang pernah kudengar, kau pun cakap dalam pendidikan agama. Aku larut dalam fantasi gila hingga ku sadar akan diri yang tidak menarik dan membosankan ini. Hei, apa hebatnya sosok yang susah bergaul dan monoton? Sejak saat itu, aku pun mulai menarik diri terhadapmu. Aku kehilangan rasa percaya diri. Kucoba merayu hati agar tidak terlalu cenderung terhadap sosok yang belum tentu jodohku. Namun kau tahu, susah betul aku melawan nafsu yang masih betah bersemayam. 

Tulisan ini akan menjadi tulisan terakhirku tentangmu. Ah, kenapa ini terdengar seperti nada ancaman ya? Hmm.. itulah kenapa sejak awal aku memintamu untuk membacanya dengan saksama dan hati-hati.

Jika suatu saat kau mendapati lagi tulisanku yang kuawali dengan kata ‘untukmu’, ku harap kau tak berpikiran itu kamu. Karena kamu kini menjadi kenangan yang akan kusimpan rapat. Tapi jangan pernah menyalahkan diri sendiri, karena ini boleh jadi cara Tuhan menghukumku karena lalai akan janji Tuhan. Ketidaksabaranku akan ketetapan-Nya, ketidaksabaranku akan sosok yang telah disiapkan-Nya membuatku jatuh berkali-kali pada sosok yang tak pasti, sosok yang kucoba rangkai-rangkai dan mencari persamaan dengan cara tersendiri. 

Aku mulai lelah dengan soalan ini. Karena kepastian darimu, juga dari Tuhan, belum juga kukantongi. Maka untukmu, aku berhenti. Jika Tuhan berbaik hati, pasti ada jalan dari-Nya untuk memudahkan soalan ini. Dan Tuhan pastilah berbaik hati. Jika pun bukan denganmu, aku yakin, sosok yang mendampingiku kelak akan lebih baik darimu. Aihh, pede sekali. Tapi memang sudah seharusnya seperti itu. Maka, izinkanlah aku menghibur sedikit hati yang tengah terguncang ini.

Kuharap Tuhan menampakkan yang tak terindra olehku, olehmu, dan membantuku meneguhkan hati hingga datang sosok yang pasti. Tentu ini bukan jalan yang mudah. Karena jodoh ini perkara waktu yang tepat dan rahasia Tuhan. Namun bukan tak mungkin. 

Maka untukmu, ku mencoba mengikhlaskan. 
Semoga ini menjadi awalan yang baik untukku, juga untukmu. 

Jumat, Agustus 2016



0 komentar:

Posting Komentar