Pages

Selasa, 23 September 2014

For "The New One"

Mari kita flashback sejenak. Sekitar awal Febuari aku mengenalnya. Tak ada yang spesial untuk saat itu. Hanyalah seorang gadis berkacamata yang lebih tinggi dariku. Usia kami juga tidak terpaut jauh. Kebetulan hari itu adalah jadwal kami untuk ikut kelas pembekalan PPL. Yah, PPL, sebuah kegiatan di luar kampus yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa jurusan pendidikan. Penempatan sekolah yang sama menakdirkan kami untuk bertemu.

Jurusanku adalah Pendidikan Matematika, sementara dia dari Pendidikan Fisika. Jurusan yang saling terpaut. Tapi sayang, tidak begitu dengan hati kami. Hohohoho. Maklum, saat itu kami belum pernah berjumpa sama sekali sebelumnya. Jadi, tidak ada bahasan menarik yang bisa memancing ketertarikan kami untuk mengobrol satu sama lain. Ditambah saat itu, kami sedang serius menyimak dosen yang sedang memberi materi pembekalan.

Singkat cerita, kami pun mulai menginjakkan kaki di sekolah Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School atau yang akrab disapa dengan Fatih Putri. Agaknya biar singkat aja gitu yaa. Disinilah kami mengabdi selama kurang lebih 3 bulan.

Lagi-lagi, di awal pelaksanaan PPL ini, kami jalani dengan kikuk. Tidak banyak haha hihi atau ngobrol dan santai ringan selayaknya perempuan pada umumnya. Kami larut dengan dunia kami sendiri. Bahkan seekor nyamuk yang melintas pun, kalian bisa menangkap suara jeritannya. Gak gak, yang ini lebai.

Oh ya, perkenalkan, kita punya dua member PPL lagi, Resha dan Shirin. Mereka berasal dari prodi yang sama, yaitu Pendidikan Biologi. Mereka tidak satu kelas dengan kami saat pembekalan, jadi kami mulai berkenalannya yaaa pada saat di sekolah Fatih sendiri. Semakin menambah kekikukan ini pemirsah. Fyuh.

Beruntung kami memiliki Shirin, seorang gadis Turkmenistan (bukan Turki yaa, jangan salah2, ntar dia marah, karena Turki dan Turkmenistan berbeda dan lumayan jauh jaraknya). Kenapa beruntung? Karena, menurut hematku, Shirin ini lah yang merubah jurang pemisah diantara kami yang ku sebut “sekat” menjadi sebuah keharmonisan yang kunamai “dekat”. “Sekat” yang menuai “dekat”. Halah.

Meskipun berbeda budaya, bahasa dan kebiasaan, tidak menjadikan Shirin minder dengan kami-kami yang apalah ini. Dia, aku, dan Resa masih kekeuh dengan ke’cool’’an kami. Hahah. Gak gitu juga sih sebenarnya. Intinya, pada masa awal PPL ini, tidak banyak bahan yang bisa menjadi obrolan kami. Gitu yaa.

Baik, mari kita lupakan sejenak soal Resa dan Shirin. Mereka hanya menjadi pendukung cerita kali ini. Untuk Resa dan Shirin, jangan bersedih, akan ada waktu terbaik ku untuk kalian. Mungkin lain waktu akan aku ceritakan “How special you two, guys!” khi khi khi  *cengengesan

Hmm ya, dia itu adalan Dini, the new one yang aku bilang di awal tadi. Sosok nya yang berkacamata, cocok dengan wawasan nya yang global. Banyak hal yang aku ceritakan dan minta pendapatnya. Terkadang kami membahas masalah serius, seperti sirah nabawiyah, eh ujung-ujungnya malah nyangkut ke hal lain yang tidak ada kaitan nya sama sekali. Terlalu banyak ‘eh’ nya. Contoh: “Eh, tadi kan....”, dah gitu nyambung ke ‘eh’ lainnya. “Eh, tau apa...”. Begitu seterusnya. Tapi, itulah poin penting nya. Pembicaraan kami begitu meluas dan tidak terjebak pada satu topik. Kami menikmati saat-saat diskusi itu. Bahkan hingga sekarang.

Karena ini jugalah yang sedikit tidaknya membuat kami nyaman satu sama lain. Saling berdiskusi dan tukar pikiran. Meski lebih banyak curhat.
Awalnya, Dini kelihatan sangat pendiam dan cool abis. Namun, banyak kejadian konyol yang kami lalui selama 7 bulan hubungan kami ini. Bagi Dini, aku orangnya humoris. Tapi bagiku, Dini orangnya serius abis. Dua sifat yang seperti air dan minyak. Sulit disatukan, katanya.
Aku teringat satu dialog fenomenal kami suatu malam. Kebetulan hari itu adalah hari terakhir kami PPL.

Aku    : “kalo udah gak PPL lagi, kita masih sering jumpa gak ya?”

Saat bertanya seperti itu, jujur saja ada perasaan sesak yang menggunung sebelum akhirnya pertanyaan itu meluncur begitu saja. Rasa-rasanya, malam itu akan menjadi malam terakhir kami berjumpa sebelum kami menunaikan tugas dan kewajiban masing-masing sebagai mahasiswa tingkat akhir. Saat aku larut dalam slow motion ini, Dini malah senyum-senyum menanggapi pertanyaanku. Kalian tahu, itu benar-benar menyebalkan.

  Dini    : “Kenapa Helka tanya kek gitu?” (sambil senyum-senyum)

Dini menyadari perubahan raut wajahku yang tidak ingin menjawab pertanyaannya. Kemudian, mari kita simak jawabannya.

“Insya allah kita akan jumpa lagi, Helka. Yang penting kita selalu ngasih kabar aja. Sms-an, seperti biasanya.”

Aku tidak tahan dengan kondisi seperti ini. Jika saja ada jurus menghilang seperti di film bidadari, mungkin sudah ku praktekkan segera. Ah, bidadari, jadi ingat Bombom tiba-tiba. Ada kok yang di film bidadari tu, masak gak ingat. 

Hmm, baiklah, sebenarnya inti dari tulisan ini adalah untuk mengenang sosok Dini yang pernah hadir dalam hidupku. Hari ini, tepat usianya 22 tahun. Usia yang tidak muda lagi ya, Dini. Jadi, jangan lagi lah kita meudawa-dawa siapa yang lebih imut diantara kita berdua yaa. Wkwkwkwk.
Baiklah, di hari spesial Dini, kami cuma mau ngasih 1 puisi yang mungkin bisa menginspirasi Dini. Jangan lihat siapa yang mengatakan, tapi perhatikan baik-baik apa yang disampaikan. Semoga bermanfaat.

Puisi ini ditulis oleh bunda Theresa, seorang Katolik taat dari Calcutta, India, yang terkenal dengan kebaikannya dalam melayani dan merawat orang-orang miskin. Ambil saja semangat dalam berbuat kebaikan yang terkandung dalam puisi ini. Terlepas dari siapa yang mengatakannya.

Selalu antara Engkau dan Tuhan 

Orang kerap kali tidak bernalar, tak logis dan egois
Biar begitu, maafkanlah mereka

Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu
Biar begitu, tetaplah jujur dan berterus terang

Bila engkau sukses,engkau akan mendapat teman-teman palsu dan teman-teman sejati
Biar begitu, tetaplah meraih sukses

Apa yang engkau bangun bertahun-tahun, mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam
Biar begitu, tetaplah membangun

Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri hati dan dengki
Biar begitu, tetaplah berbahagia dan temukan kedamaian hati

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin akan dilupakan orang keesokan harinya
Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan

Ketahuilah, pada akhirnya,
Sesungguhnya semua ini adalah antara engkau dan Tuhan

Tidak pernah antara engkau dan mereka

Perth,

See, tetaplah menebar kebaikan dimanapun dan kapanpun meskipun..........
Semoga kebaikan dan keberkahan selalu bersama Dini dan keluarga. Kami memang tidak pandai dalam mengungkap cinta, tapi semoga tulisan ini bisa menjadi pelipur lara. *tsaaaaahh

For ‘the new one’ yang sudah bersedia menjadikan kami sebagai teman berbagi cerita, selamat ulang tahun ya, Diniya. Semoga kesehatan, umur panjang, keberkahan rezeki, dan kesuksesan selalu menyertai Dini. Aaamiin..
Maaf telat, karena memang ingin jadi yang terakhir yang ngucapin,, hahaha

Salam, 
Helka yang imoeethh

0 komentar:

Posting Komentar