Bagi
sebagian orang, menjadi mahasiswa tingkat akhir yang tidak kunjung wisuda
menjadi momok tersendiri. Tak jarang, pertanyaan seperti, sudah bab berapa?
Kapan sidang? Kapan wisuda? Menjadi pertanyaan yang paling sensitif dan tak
layak untuk diangkat ke publik. Ada hal-hal yang cukup dijelaskan dengan
isyarat senyuman. Karena kita terlahir dengan perbedaan dan rahasia
masing-masing.
Namun
jangan salah, sebenarnya pertanyaan itu pun bisa menjadi motivasi agar kita
tidak terlalu santai dengan zona nyaman. Bahkan ada seorang teman yang telah
wisuda dan nikah menyampaikan guyonan seperti ini:
Teman:
Sepertinya kamu harus dimotivasi untuk nikah biar cepat siap skripsinya.
Aku:
Aduh, aku masih polos gini
Teman:
Kamu kira aku udah bermotif?
Entahlah itu bagian dari skenario memotivasi atau bukan. Well
yeah, mengerjakan skripsi membutuhkan motivasi dan dukungan yang besar memang.
Percuma dikerjakan giat seharian, namun liburrnya sebulan. *Hihi pengalaman
pribadi
Prof.
Rando Kim dari Seoul University dalam bukunya yang berjudul “Time of Your Life”
mengatakan setiap bunga akan mekar pada musimnya. Mungkin saat ini musimmu
belum tiba. Ada bunga yang kuncupnya sedikit lebih lama mekar. Namun, pada saat
mekar, ia akan mekar dengan sangat indah seperti bebungaan lainnya. Jemputlah
musimmu!
Setiap
bunga akan mekar pada waktunya. Kita memiliki masa keemasan masing-masing. So,
jangan pernah berpikir kalau kita ketinggalan dengan teman-teman yang lain.
Pun, definisi sukses bisa dipandang dalam berbagai sisi. Relatif. Tapi, perlu
dicatat pula, jika tidak dijemput, maka kesuksesan pun enggan menghampiri.
Memiliki masa mekar, bukan berarti kita hanya duduk menunggu. Sembari menunggu,
mari diisi dengan kegiatan bermanfaat dan menyibukkan diri dengan terus
memperbaiki diri. Serta berkumpullah dengan orang-orang yang memiliki energi
positif. Tidak melulu mengeluhkan pahitnya hidup.
Kenapa
engkau mempedulikan gonggongan anjing, tapi justru mengacuhkan nyanyian
merpati? Kenapa yang kau lihat hanya pekatnya malam, sedangkan indahnya bulan
kau abaikan? Kenapa engkau hanya mengadukan sakitnya sengatan lebah dan
melupakan manisnya madu?
Melulu
mengeluhkan skripsi tidak akan menyelesaikan masalah. Terlebih menyalahkan
dosen yang sibuk. Sejatinya, tidak ada dosen yang sibuk. Kita lah yang
menyibukkan diri dengan sibuk mengatakan dosennya sibuk. Terlena dengan
aktivitas yang boleh dikatakan tidak bermanfaat. *tamparan keras buat diri
sendiri sebenarnya
Tidak
perlu menjelaskan apa alasan keterlambatan kita menyelesaikan skripsi. Karena
ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Pun, mengerjakan
skripsi juga adalah pilihan. Skripsi sekedar formalitas untuk mendapatkan
ijazah, ataukah skripsi sebagai sarana pengembangan akademik, yang dengannya
kita akan terbiasa melakukan hal-hal yang dianggap kaku, menguras air mata,
serta mengikis dompet.
ihhh, ini memang helkaaaa...
BalasHapusemm...
BalasHapus