Baiklah, sekali-kali
elok juga jika kita awali bacaan kita kali ini dengan sebuah hadist.
Nabi SAW pernah
mengatakan sekiranya manusia tahu keutamaan salat ‘isya dan salat subuh niscaya
mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.
Sekiranya manusia
tahu....
Rasulullah
mengungkapkan kalimat sekiranya manusia tahu, menjelaskan yang bahwa salat
‘isya dan subuh besar sekali keutamaannya. Kita hanya perlu meyakini dan
mengamalkannya. Namun memang dua salat inilah yang paling susah bagi saya.
Heuheu. Kalau merujuk dari hadistnya, dua salat inilah yang paling susah bagi
seorang munafik. Astaghfirullah. Na’udzubillahi min dzaalik.
Apalagi di masa
sekarang. Masa-masa yang menuhankan dimensi duniawi. Padatnya aktivitas lagi
dan lagi menjadi alasan mengurangi kecenderungan untuk memikirkan bahkan
menjalankan aktivitas untuk meningkatkan dimensi ukhrawi.
Ramainya pejalan kaki
yang mengenakan baju koko plus kopiah atau peci dan mukena bagi perempuan
seusai salat subuh, mungkin hanya akan kita temukan pada bulan Ramadhan.
Seperti para artis yang tetiba menjamur menggunakan kerudung.
Coba sekali waktu
keluar rumah dan berjalan-jalan setelah Subuh di bulan selain Ramadhan, lalu
perhatikan. Yang kita dapati hanya bapak-bapak, bahkan mungkin nenek-nenek yang
mengenakan mukena berjalan sepulang Subuh. Bahkan anak muda pun hanya terlihat
satu dua. Meski tidak salat di mesjid untuk salat subuh, saya pernah beberapa kali
keluar rumah usai Subuh untuk menghirup udara segar sembari mempertegas
fenomena di atas. Apakah beberapa kali ini bisa mengeneralisasikan kesimpulan?
Tentu saja tidak. Ini hanya fenomena yang saya temukan saat saya keluar usai
Subuh beberapa kali itu. Tentu beberapa kali saja tidak bisa dijadikan rujukan
untuk membuktikan bahwa salat Subuh kerap sepi jamaah.
saya telat, barangkali jamaah sudah sampai di rumah |
Selalunya babang Vario
yang saya ajak untuk paling tidak main-main ke pasar Lamnyong untuk setelahnya
jalan-jalan sampai ke Mesjid Oman. Hmmm.. barangkali para jamaah sudah sampai di
rumah kali ya, saat saya sampai disana. Semoga saja memang demikian. Semoga
saja jalanan sepi yang saya lihat bukanlah akibat tidak adanya jamaah yang
memenuhi masjid, tapi karena jamaahnya sudah tiba di rumah untuk menyeduh kopi,
membaca koran, sembari menyantap hidangan pagi dari istri tercinta.
Kecenderungan kita
untuk memakmurkan mesjid melaksanakan salat berjamaah terkikis oleh alasan
padatnya aktivitas. Maka tidak heran seandainya rasa kasih sayang antar sesama
manusia pun ikut terkikis. Karena Allah menurunkan rahmat dan kasih sayangnya
bagi mereka yang senantiasa menghadiri dan memakmurkan mesjid.
Sesungguhnya Allah
telah menjanjikan, kita hanya perlu meyakini dan menjalankan. Petunjuknya sudah
terdapat dalam Al-Quran. Andai saja kita mengikuti petunjuknya, kita tak akan
menjadi golongan orang-orang merugi. Berita yang santer terdengar selayak anak
membunuh ayah, suami membunuh istri, membuktikan bahwa rasa kasih sayang mulai
terkikis. Rahmat dan kasih sayang Allah tak lagi menaungi keluarga tersebut.
Sudah sepatutnya lah kita mencapai ketetapan yang telah dijanjikan Allah.
Padahal adzan yang
paling jelas terdengar itulah adzan Subuh. Sahut-sahutannya dengan adzan di
beberapa tempat yang lainnya juga berasa. Tapi kok ya adzan Subuh ini yang
sering terlewatkan?
Ah, diri, telingamu masih betah 'dikencingi.
Ah, diri, telingamu masih betah 'dikencingi.
Karena bingung dengan
ban tubles (apa benar seperti ini tulisannya) yang saya tidak paham maksudnya
apa. Siap juga tulisan ini di bengkel Honda. Ada yang tau apa itu ban tubles?
Eh, sebentar, ternyata
bukan tubles, tapi tubeless, baru nemu di google. Aduuuh..saya kira apalah
tubles tubles itu. Hmmmm
0 komentar:
Posting Komentar