Pages

Minggu, 14 Februari 2016

Fenomena Subuh



Baiklah, sekali-kali elok juga jika kita awali bacaan kita kali ini dengan sebuah hadist.
Nabi SAW pernah mengatakan sekiranya manusia tahu keutamaan salat ‘isya dan salat subuh niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. 

Sekiranya manusia tahu....

Rasulullah mengungkapkan kalimat sekiranya manusia tahu, menjelaskan yang bahwa salat ‘isya dan subuh besar sekali keutamaannya. Kita hanya perlu meyakini dan mengamalkannya. Namun memang dua salat inilah yang paling susah bagi saya. Heuheu. Kalau merujuk dari hadistnya, dua salat inilah yang paling susah bagi seorang munafik. Astaghfirullah. Na’udzubillahi min dzaalik.  

Apalagi di masa sekarang. Masa-masa yang menuhankan dimensi duniawi. Padatnya aktivitas lagi dan lagi menjadi alasan mengurangi kecenderungan untuk memikirkan bahkan menjalankan aktivitas untuk meningkatkan dimensi ukhrawi. 

Ramainya pejalan kaki yang mengenakan baju koko plus kopiah atau peci dan mukena bagi perempuan seusai salat subuh, mungkin hanya akan kita temukan pada bulan Ramadhan. Seperti para artis yang tetiba menjamur menggunakan kerudung. 

Coba sekali waktu keluar rumah dan berjalan-jalan setelah Subuh di bulan selain Ramadhan, lalu perhatikan. Yang kita dapati hanya bapak-bapak, bahkan mungkin nenek-nenek yang mengenakan mukena berjalan sepulang Subuh. Bahkan anak muda pun hanya terlihat satu dua. Meski tidak salat di mesjid untuk salat subuh, saya pernah beberapa kali keluar rumah usai Subuh untuk menghirup udara segar sembari mempertegas fenomena di atas. Apakah beberapa kali ini bisa mengeneralisasikan kesimpulan? Tentu saja tidak. Ini hanya fenomena yang saya temukan saat saya keluar usai Subuh beberapa kali itu. Tentu beberapa kali saja tidak bisa dijadikan rujukan untuk membuktikan bahwa salat Subuh kerap sepi jamaah. 

saya telat, barangkali jamaah sudah sampai di rumah
jalan pulang masih sepi, saya benar-benar telat

Selalunya babang Vario yang saya ajak untuk paling tidak main-main ke pasar Lamnyong untuk setelahnya jalan-jalan sampai ke Mesjid Oman. Hmmm.. barangkali para jamaah sudah sampai di rumah kali ya, saat saya sampai disana. Semoga saja memang demikian. Semoga saja jalanan sepi yang saya lihat bukanlah akibat tidak adanya jamaah yang memenuhi masjid, tapi karena jamaahnya sudah tiba di rumah untuk menyeduh kopi, membaca koran, sembari menyantap hidangan pagi dari istri tercinta. 

Kecenderungan kita untuk memakmurkan mesjid melaksanakan salat berjamaah terkikis oleh alasan padatnya aktivitas. Maka tidak heran seandainya rasa kasih sayang antar sesama manusia pun ikut terkikis. Karena Allah menurunkan rahmat dan kasih sayangnya bagi mereka yang senantiasa menghadiri dan memakmurkan mesjid. 

Sesungguhnya Allah telah menjanjikan, kita hanya perlu meyakini dan menjalankan. Petunjuknya sudah terdapat dalam Al-Quran. Andai saja kita mengikuti petunjuknya, kita tak akan menjadi golongan orang-orang merugi. Berita yang santer terdengar selayak anak membunuh ayah, suami membunuh istri, membuktikan bahwa rasa kasih sayang mulai terkikis. Rahmat dan kasih sayang Allah tak lagi menaungi keluarga tersebut. Sudah sepatutnya lah kita mencapai ketetapan yang telah dijanjikan Allah. 

Padahal adzan yang paling jelas terdengar itulah adzan Subuh. Sahut-sahutannya dengan adzan di beberapa tempat yang lainnya juga berasa. Tapi kok ya adzan Subuh ini yang sering terlewatkan?
Ah, diri, telingamu masih betah 'dikencingi.

Karena bingung dengan ban tubles (apa benar seperti ini tulisannya) yang saya tidak paham maksudnya apa. Siap juga tulisan ini di bengkel Honda. Ada yang tau apa itu ban tubles? 

Eh, sebentar, ternyata bukan tubles, tapi tubeless, baru nemu di google. Aduuuh..saya kira apalah tubles tubles itu. Hmmmm

0 komentar:

Posting Komentar